Wang menjadi salah satu dari ratusan ribu orang yang diperdagangkan di Myanmar. Para korban perdagangan manusia ini biasanya terpikat iming-iming gaji besar atau lainnya yang dijanjikan oleh sindikat.
Korban yang telah masuk perangkap kemudian diminta melakukan skema penipuan online. Mereka tidak diberikan gaji besar seperti yang dijanjikan. Bahkan, para korban sering mendapat penyiksaan.
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL Gencatan Israel-Hamas hingga Wali Kota LA Pesta Koktail saat Kebakaran |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kembalinya Wang pun memantikkan secercah harapan di antara keluarga korban yang masih belum bertemu orang-orang terkasihnya.
Keluarga dari 174 warga China yang hilang di Myanmar membuat sebuah petisi bersama yang memohon pemerintah berbuat lebih banyak untuk memulangkan mereka.
"Kami tidak mempunyai niat untuk menghasut konfrontasi apa pun. Kami hanya berharap untuk benar-benar menarik perhatian pemerintah dan mempercepat upaya untuk mengintensifkan dan mempercepat tindakan keras," demikian isi petisi tersebut.
Jaringan Masyarakat Sipil untuk Bantuan Korban Perdagangan Manusia, sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berbasis di Thailand, memperkirakan ada sekitar 6.000 korban perdagangan orang yang berasal dari 21 negara.
Sekitar 3.900 di antaranya merupakan warga China. Mereka diyakini disekap di Myawaddy.
Selama nyaris 10 tahun sebelum pandemi, China adalah sumber wisatawan asing terbesar di Thailand. Namun, jumlah wisatawan China menurun tajam pada 2020 ketika pandemi Covid-19 merebak.
Thailand baru memulihkan sekitar 60 persen wisatawan Chinanya setelah hantaman pandemi. Negeri Gajah Putih kini dihadapkan potensi penurunan wisatawan China buntut kasus penculikan dan perdagangan orang ini.
(blq/bac)