Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengaku tidak yakin gencatan senjata di Jalur Gaza akan bertahan lama.
"Saya tidak yakin. Ini bukan perang kita, ini perang mereka," kata Trump di Ruang Oval, saat ditanya soal gencatan senjata akan bertahan atau tidak, dilansir dari CNN.
"Saya melihat gambar Gaza, Gaza seperti lokasi pembongkaran besar-besaran. Tempat itu, sungguh, harus dibangun kembali dengan cara yang berbeda," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini kontras dengan pernyataan Trump saat pidato pelantikan sebagai Presiden Amerika Serikat, Senin (20/1). Ketika itu Trump sangat yakin bakal mengakhiri perang di Palestina.
Lihat Juga : |
"Mengukur keberhasilan kita bukan hanya dari pertempuran yang kita menangkan, tetapi juga dari perang yang kita akhiri," ujar Trump dalam pidato kenegaraannya.
Sejatinya pesimisme Trump dinilai cukup terduga. Pasalnya ada tekanan dari politisi sayap kanan atau ekstremis Israel, untuk melanjutkan kembali perang di Jalur Gaza.
Sejak Trump mendesak Israel untuk menghentikan serangan ke Palestina, gerakan perlawanan juga berlangsung. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mendapat tekanan keras.
Pekan ini misalnya, Itamar Ben-Gvir dari partai Jewish Power Israel, mengundurkan diri dari jabatan Menteri Keamanan Nasional. Ini membuat Netanyahu makin terdesak.
Menteri Keuangan Bezalel Smotrich juga mengancam bakal mengundurkan diri jika Netanyahu tidak menghentikan gencatan senjata setelah fase awal, 42 hari, selesai.
"Saya menuntut dan menerima komitmen dari Perdana Menteri Netanyahu bahwa Israel akan kembali ke medan perang untuk melenyapkan Hamas dan memberantas ancaman ini untuk selamanya," kata Smotrich.
Sementara itu, Netanyahu mengatakan bahwa Trump dan Joe Biden mendukung Israel untuk kembali melancarkan agresi di Gaza untuk memerangi kelompok Hamas.
"Presiden Trump dan Biden mendukung penuh terhadap hak Israel untuk kembali berperang, jika Israel sampai pada kesimpulan bahwa negosiasi pada tahap B sia-sia," katanya.