Abdul Rahman menekankan memperoleh kapal induk tak hanya tentang kapal induk itu saja.
"Mereka tidak beroperasi sendiri. Mereka umumnya disertai oleh armada kapal perang dan kapal pasokan lain, termasuk kapal selam," ucapnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini juga belum termasuk biaya pesawat baru, pelatihan khusus, serta peningkatan infrastruktur yang bisa melonjakkan harga kapal induk.
Ambisi Indonesia memiliki kapal induk pun mengingatkan kembali soal kapal induk Thailand, HTMS Chakri Naruebet.
Pada 1990-an, Negeri Gajah Putih mengakuisisi kapal induk tersebut hingga menjadikan negara itu satu-satunya di Asia Tenggara yang memiliki kapal induk.
Namun demikian, nasib kapal itu tak baik karena kendala anggaran. Kapal induk milik Thailand sebagian besar menghabiskan waktunya bersandar di pelabuhan.
"Saya tidak melihat Indonesia memiliki dana untuk mengakuisisi sebuah kapal induk," ucap Abdul Rahman.
Analis pertahanan di firma Kiroyan Partners yang fokus di bidang keamanan, pertahanan, dan geopolitik, Karl Gading Sayudha, juga menyuarakan pandangan serupa.
Sayudha menilai memiliki kapal induk tampaknya bukan kepentingan nasional Indonesia kecuali jika Prabowo memang berniat menggeser kebijakan luar negerinya ke arah "yang lebih agresif, yang berpotensi berisiko konfrontasi langsung dengan kekuatan besar dunia."
(blq/bac)