Menurut Kementerian Kehakiman AS, pihak lain yang mendapat keuntungan dari dana 1MDB adalah Riza Aziz yang merupakan putra tiri Najib Razak. Riza Aziz juga merupakan teman dekat Jho Low.
Sejumlah dana dari 1MDB juga digunakan untuk membiayai film Hollywood seperti "The Wolf of Wall Street" dan "Dumb and Dumber To", keduanya diproduksi oleh Red Granite, perusahaan film yang ikut didirikan oleh Riza.
Dikutip The South China Morning Post (SCMP), Red Granite sepakat untuk membayar US$60 juta sebagai upaya menyelesaikan kasus ini di luar jalur hukum.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laporan Kementerian Kehakiman AS juga menuturkan ratusan juta dolar lainnya juga digunakan Riza dan Jho Low untuk membeli real estate kelas atas di Beverly Hills, New York hingga London Inggris.
Selain itu, uang korupsi 1MDB juga dipakai membeli sebuah lukisan Monet seharga 35 juta dollar AS, van Gogh seharga 5,5 juta dollar AS, jet Bombardier 35 juta dollar AS, saham 100 juta dollar AS di EMI Music Publishing, dan kapal pesiar 250 juta dollar AS juga dilaporkan dalam daftar belanja mewah menggunakan uang warga Malaysia tersebut.
Sementara itu, seseorang yang dalam berkas tuntutan perdata AS disebut sebagai "Pejabat Malaysia 1" disebut menerima lebih dari US$1 miliar dari 1MDB, sebagian dari dana itu digunakan untuk membeli perhiasan bagi istri orang tersebut.
Sumber-sumber di Amerika dan Malaysia mengatakan "Pejabat Malaysia 1" merujuk pada Najib Razak.
Riza dan Najib terus menyangkal tuduhan itu. Pemerintah Malaysia mengatakan uang yang ada di rekening Najib merupakan sumbangan dari salah satu anggota keluarga kerajaan Arab Saudi.
Setidaknya enam negara telah melakukan penyelidikan terkait pencucian uang, kesalahan menajemen dana dan kasus kriminal terhadap kegiatan usaha 1MDB.
Pada 2016 jaksa agung Malaysia menyebut bahwa Najib tidak bersalah dengan mengatakan bahwa dana di rekening pribadinya merupakan sumbangan yang sah.
Akan tetapi bank sentral Malaysia mendenda 1MDB dan sejumlah bank karena melakukan pelanggaran perbankan, meski tidak dirinci jenis pelanggarannya.
Penyelidikan skandal korupsi 1MDB pun semakin meluas. Selain AS, Singapura hingga Swiss juga melakukan investigasi mengenai dugaan aliran pencucian uang dan aset-aset yang dikorupsi.
Sebagai bagian dari penyelidikan mendalam terhadap transaksi yang melibatkan 1MDB, Singapura menutup cabang bank Swiss BSI dan Bank Falcon pada 2016 karena dianggap gagal melakukan pengawasan pencucian uang. Selain itu juga ada tindakan yang tidak pantas dari manajemen senior kedua institusi tersebut.
Singapura membekukan dana jutaan dolar di sejumlah rekening dan mendakwa sejumlah bankir.
Di Swiss, pengawas jasa keuangan FINMA menyita dana sebesar US$110 juta yang merupakan keuntungan yang diperoleh secara tidak sah dari kesepakatan-kesepakatan terkait 1MDB yang dilakukan oleh BSI, Falcon dan Coutts & Co.
Pada Februari, pihak berwenang AS dan Indonesia menyita kapal Equanimity, kapal pesiar mewah bernilai US$250 juta, yang diduga dibeli oleh Low dengan dana korupsi dari 1MDB.
Penyelidikan korupsi 1MDB kembali berjalan setelah Najib Razak kalah pemilu dari pendahulunya, Mahathir Mohamad, pada 2018.
Setelah dilantik sebagai perdana menteri, Mahathir bertekad untuk menyelidiki 1MDB dan mengatakan Najib "akan menghadapi konsekuensi" jika dia terbukti melanggar hukum.
Polisi Malaysia menyita aset sinali US$273 juta dari properti Najib, termasuk uang tunai, perhiasan mewah, tas mahal seperti Hermes Birkin.
Pada 2019, Najib Razak didakwa dengan 42 tuduhan korupsi, pencucian uang, dan penyalahgunaan kekuasaan terkait 1MDB dan anak perusahaannya, SRC International.
Pengadilan Malaysia lalu menjatuhkan hukuman 12 tahun penjara dan denda RM 210 juta kepada Najib dalam kasus SRC International (anak perusahaan 1MDB) pada Juli 2020.
Baru pada Agustus 2022, Mahkamah Federal Malaysia menolak banding Najib dan sang eks PM resmi menjadi mantan Perdana Menteri Malaysia pertama yang dipenjara karena korupsi.
(rds)