Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), kelompok anti junta, menyerukan gencatan senjata. Sejak berkuasa pada 2021, Myanmar penuh dengan pertempuran. Junta terus melancarkan serangan pada wilayah Myanmar terutama yang dikuasai milisi.
Pertempuran tak terelakkan antara junta dengan milisi yang bergabung dengan warga.
Usai gempa, NUG menyerukan gencatan senjata selama dua pekan mulai 30 Maret. Selama gencatan senjata, mereka menuntut junta untuk menjamin keselamatan petugas dan tidak melakukan penangkapan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Junta militer dilaporkan menjatuhkan bom di hari yang sama ketika gempa terjadi. Laporan ini terbukti dari laporan korban tewas sebanyak tujuh orang di Naung Cho, Negara Bagian Shan. Hal ini pun menuai kecaman PBB
"Ini betul-betul keterlaluan dan tidak dapat diterima," kata pelapor khusus PBB untuk Myanmar Tom Andrews ke BBC yang dikutip ABC Net.
Junta militer melarang wartawan asing meliput Myanmar. Jubir junta Zaw Min Tun berkata larangan ini berkaitan dengan situasi Myanmar.
"Ini tak mungkin [bagi jurnalis asing] untuk datang, tinggal, dan menemukan tempat tinggal, atau beraktivitas di sekitar sini," kata Zaw dalam pernyataan resmi pada Minggu (20/3), dikutip Myanmar Now.
Saat ini Myanmar membutuhkan air, listrik dan akomodasi.
Amerika Serikat mengumumkan telah memberikan dukungan US$2 juta untuk organisasi bantuan di Myanmar guna menangani dampak gempa.
Jubir Departemen Luar Negeri Tammy Bruce berkata tim bantuan AS yang berbasis di wilayah tersebut sedang mengidentifikasi kebutuhan paling mendesak para korban.
(els/dna)