Usai dari Vietnam, Xi melanjutkan perjalanan ke Malaysia pada Selasa.
Dia kemudian bertemu Perdana Menteri Anwar Ibrahim dan Raja Malaysia Sultan Ibrahim. Ini merupakan kunjungan perdana Xi ke Malaysia sejak 12 tahun terakhir.
Saat bertemu, Anwar dan Xi membahas berbagai persoalan termasuk perang tarif dan agresi Israel di Jalur Gaza.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perdana Menteri Anwar Ibrahim dan Presiden Xi Jinping menekankan bahwa Gaza milik warga Palestina dan tak bisa dicabut sebagai bagian dari wilayah Palestina," demikian pernyataan bersama itu, dikutip Al Jazeera.
Kedua kepala negara itu juga "menentang pemindahan paksa warga Gaza." Selain itu, Xi dan Anwar menegaskan kembali prinsip penting soal rakyat Palestina yang berhak memerintah negara itu pascakonflik.
Di kesempatan tersebut, kedua pemimpin itu mendesak Hamas dan Israel untuk terus menerus dan efektif melaksanakan perjanjian gencatan senjata Gaza.
Beres dari Malaysia, Xi bertolak ke Kamboja. Ia tiba di bandara Phnom Penh pada Kamis (17/4). Saat tiba, presiden China itu disambut Raja Kamboja Norodom Sihamoni.
Di Kamboja, Xi meminta Kamboja untuk "menolak proteksionisme" karena tarif AS yang mengancam kedua negara.
Kamboja merupakan eksportir utama pakaian dan alas kaki ke Amerika Serikat dan dikenakan tarif 49 persen, salah satu tertinggi di dunia.
Negara Asia Tenggara ini juga merupakan mitra dekat dan medan investasi China untuk berbagai proyek termasuk jalan raya serta bandara.
Selain soal tarif, Xi juga mendesak Kamboja menindak penipuan daring. Pusat penipuan di negara itu sering dijalankan gerombolan China dan menargetkan warga Negeri Tirai Bambu, demikian dikutip Reuters.
Sebelum kedatangan Xi, pemerintah Kamboja mengklaim telah mendeportasi sejumlah penjahat China ke sana termasuk dari Taiwan.
(isa/bac)