Jakarta, CNN Indonesia --
Kepergian Paus Fransiskus pada Senin (21/4) menyisakan duka bagi dunia. Dia adalah contoh teladan bagi kepala negara sekaligus pemuka agama karena kesederhanaan serta kebijakan-kebijakannya.
Banyak yang bilang kebijakan progresif Paus Fransiskus mengubah gereja, salah satunya mengubah cara umat Katolik berbicara satu sama lain dan isu yang menjadi fokus mereka.
Sebelum Fransiskus, banyak Paus yang membahas isu perang budaya aborsi dan pengendalian kelahiran. Namun, dia mengangkat krisis iklim menjadi isu moral dan mengecam keserakahan kapitalisme.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tindakan dan ucapan Paus Fransiskus menjadi warisan penting bagi umat Katolik dan tentu dunia. Berikut warisan dia, dihimpun dari berbagai sumber.
Rendah hati dan penuh kasih sayang
Paus Fransiskus dikenal begitu rendah hati dan punya kasih sayang yang melimpah. Pada 2013 lalu, di masa awal ditahbiskan menjadi pemimpin gereja Katolik dia mendefinisikan diri sebagai pendosa.
"Saya seorang pendosa," kata dia ketika ditanya siapakah Jorge Mario Bergoglio saat wawancara. Ini merupakan nama lahir Paus.
"Itu adalah definisi yang paling akurat. Ini bukan kiasan, bukan genre sastra. Saya seorang pendosa," ujar dia menegaskan, dikutip CNN.
Profesor studi agama di Universitas Manhattan, New York City, Natalia Imperatori Lee, mengatakan pendekatan Fransiskus terlihat jelas dari dia membawa diri.
Mungkin sebagian dari tempat asal dia. Paus, lanjutnya, membawa kehangatan dan aksesibilitas pastoral kepausan yang tak ada di kepausan sebelumnya: Paus Benediktus XVI dan Paus Yohanes Paulus II.
Kesederhanaan Paus tercermin saat berkunjung ke Indonesia. Saat itu, dia memilih menggunakan mobil Innova, kendaraan yang banyak dipakai warga di negara ini.
Paus Fransiskus juga tampak menggunakan jam dan sepatu yang sederhana. Tak cuma itu selama di RI, dia menginap di Wisma Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta bukan di hotel.
Akui kesalahan
Sebagian kerendahan hati Paus muncul dari kemampuan dia mengakui kesalahan. Ia pernah meminta maaf atas pernyataan yang dibuat saat membela uskup yang dituduh menutup pelecehan seksual. Dia juga meminta maaf ke korban pelecehan seksual yang dilakukan pendeta.
"Dia terus terang tentang kesalahannya, dan itu pertanda baik," kata Lee.
Paus digital pertama
Fransiskus memimpin gereja menuju batas-batas baru dengan cara yang lain: memanfaatkan media sosial. Tindakan ini sampai-sampai membuat dia disebut Paus Digital.
Jika Yesus menggunakan perumpamaan untuk menyebarkan injil, dia menggunakan media sosial.
Dia adalah Paus pertama yang menggunakan Facebook Live dan yang pertama membagikan surat kepausan untuk para uskup atau ensiklik melalui akun Twitter.
Bersambung ke halaman berikutnya...
Rilis Laudato Si: soroti krisis iklim dan kapitalisme
Pada 2015, Fransiskus merilis ensiklik atau surat kepausan Laudato Si "Puji Bagi Mu." Surat ini bersifat formal dan diserukan untuk gereja-gereja Katolik di seluruh dunia.
Laudato itu menyatakan kerusakan lingkungan merupakan masalah moral yang dipicu keserakahan dan kapitalisme yang tak terkendali. Kondisi ini menyebabkan manusia melupakan hubungan yang mengikat dan mengabaikan Bumi.
Dengan mempromosikan konsep "ekologi integral," Fransiskus menghubungkan tindakan dosa terhadap alam dengan eksploitasi ekonomi terhadap kelompok miskin dan pelanggaran hak asasi manusia. Dokumen tersebut juga penting karena sebagai bentuk dukungan terhadap hak-hak masyarakat adat.
Menjadikan gereja tempat yang hangat
Dimensi utama Kepausan Fransiskus adalah kaum miskin dan orang-orang tertindas. Sejak awal dia mempromosikan pelayanan bagi semua kelompok.
"Saya melihat dengan jelas bahwa hal yang paling dibutuhkan gereja saat ini adalah kemampuan untuk menyembuhkan luka dan menghangatkan hati umat beriman; dibutuhkan kedekatan," kata Fransiscus saat wawancara yang dirilis majalah Jesuit America Magazine pada 2013.
Dia lalu berujar, "Saya melihat gereja sebagai rumah sakit lapangan setelah pertempuran."
Paus memimpikan gereja yang menjadi ibu dan gembala. Menurut dia, pendeta harus berbelas kasih, bertanggung jawab atas umat, dan mendampingi serta membersihkan mereka.
"Inilah Injil yang murni. Allah lebih besar daripada dosa. Reformasi struktural dan organisasional adalah hal sekunder. Ini baru terjadi setelahnya. Reformasi pertama harus dalam bentuk sikap," ungkap Paus.
Para Pendeta Injil, lanjut dia, harus orang-orang yang bisa menghangatkan hati umat, berjalan dan berdialog bersama tanpa tersesat.
"Bukan pendeta yang bertindak seperti birokrat atau pejabat pemerintah," ucap Paus.
Buka dialog bahas gereja dan isu sosial
Perubahan penting Fransiskus terlihat saat dia membuka dialog soal gereja dan isu-isu sosial melalui Sinode tentang Sinodalitas.
Melalui Sinode, Fransiskus mengundang para pendeta, uskup, kaum awam, dan perempuan untuk terlibat dalam diskusi soal isu besar yang dihadapi gereja seperti pasangan gay dan selibat para pendeta.
Beberapa orang menyebut sinode tersebut sebagai "latihan konsultasi terbesar dalam sejarah manusia." Paus bersedia mendengar pendapat dari orang lain meski berbeda cara pandangnya dengan dia.
Ia juga beranggapan perbedaan pendapat tak membuat gereja tampak lemah.
Beberapa sejarawan Vatikan menggambarkan Sinode ini sebagai "transformasional dan inovasi yang sangat penting."
Sinode tersebut mengubah hierarki tradisional di gereja. Gebrakan itu juga memaksa para uskup untuk mendengar dan terlibat dalam perdebatan terbuka.