Laporan PBB Ungkap Krisis Air yang Semakin Parah di Pakistan

CNN Indonesia
Kamis, 24 Apr 2025 13:03 WIB
Laporan badan PBB ungkap krisis air kian parah melanda sejumlah wilayah di Pakistan, ancam kesehatan hingga stabilitas nasional.
Krisis air terjadi di Pakistan. Foto: REUTERS/Akhtar Soomro

Implikasi sosial dan keamanan

Ketidakamanan air tidak terjadi begitu saja karena memiliki implikasi yang luas bagi kesehatan publik, ketahanan pangan, stabilitas ekonomi, dan bahkan keamanan nasional Pakistan.

Di banyak daerah pedesaan Pakistan, terutama di provinsi-provinsi seperti Balochistan dan Sindh, kelangkaan air telah menjadi akar penyebab keresahan sosial, migrasi, dan konflik antarkomunitas.

Para petani yang tidak memiliki cukup irigasi terpaksa meninggalkan tanah mereka, yang menyebabkan meningkatnya migrasi perkotaan dan memberikan tekanan pada infrastruktur kota yang sudah kewalahan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dampak kesehatannya juga sama buruknya. Pasokan air yang terkontaminasi telah menyebabkan peningkatan penyakit yang ditularkan melalui air seperti kolera, hepatitis, dan tifus.

Menurut UNICEF, hampir 70 persen rumah tangga di Pakistan minum air terkontaminasi bakteri, yang menyebabkan tingginya angka kematian bayi dan terhambatnya pertumbuhan anak-anak.

Dampak ekonominya sangat besar. Pertanian berkontribusi sekitar 19 persen terhadap PDB Pakistan dan mempekerjakan hampir 38 persen dari tenaga kerjanya.

Dengan pasokan air yang tidak dapat diandalkan dan menurunnya produktivitas, sektor ini menghadapi masa depan yang tidak menentu.

Industri tekstil-pilar ekonomi utama lainnya di Pakistan yang bergantung pada proses yang membutuhkan banyak air-juga menghadapi peningkatan risiko operasional karena ketersediaan air yang tidak menentu.

Pada tataran geopolitik, sistem berbagi sungai telah menjadi sumber ketegangan yang sudah berlangsung lama antara Pakistan dan India. Meski Perjanjian Perairan Indus telah berlaku selama lebih dari enam dekade, krisis air yang semakin dalam di Pakistan menambah lapisan kerentanan lainnya.

Setiap gangguan atau persepsi ketidakadilan dalam aliran air dapat mengobarkan sentimen nasionalis dan memperburuk ketegangan lintas batas.

Kesenjangan perkotaan-pedesaan dan dampak gender

Krisis air memengaruhi berbagai segmen populasi dengan cara yang berbeda, yang sering kali memperdalam ketimpangan yang ada.

Di daerah perkotaan, mereka yang mampu membeli tangki air pribadi atau air minum kemasan dapat melindungi diri dari dampak terburuk, sementara masyarakat miskin perkotaan-yang tinggal di permukiman informal-dibiarkan berjuang untuk mendapatkan pasokan kota yang terbatas dan sering kali terkontaminasi.

Sementara di daerah pedesaan, perempuan menanggung beban kelangkaan air. Di banyak komunitas, perempuan dan anak perempuan bertanggung jawab untuk mengambil air, sering kali berjalan beberapa kilometer untuk mencapai sumur atau sungai yang jauh. Hal ini tidak hanya memengaruhi kesehatan mereka, tetapi juga membatasi kesempatan pendidikan dan ekonomi mereka.

Kurangnya air yang aman dan mudah diakses juga memperburuk kerentanan berbasis gender, khususnya di zona krisis atau konflik.

Kelangkaan air yang lebih parah

Krisis air Pakistan sering kali digambarkan dalam istilah hipotetis "akan menghadapi kekurangan," "bisa menjadi langka air", tetapi klasifikasi PBB mengisyaratkan bahwa negara tersebut telah melewati beberapa ambang batas kritis. Krisis ini bukan mengancam, tapi sedang berlangsung.

Hal yang membuat situasi ini sangat mengkhawatirkan adalah kurangnya urgensi penanganannya di tingkat nasional. Meski telah berulang kali diperingatkan oleh para ahli domestik dan internasional, air jarang menjadi prioritas utama agenda politik di Pakistan.

Proyek infrastruktur tertunda atau kekurangan dana, kampanye kesadaran publik masih minim, dan reformasi sistemik masih sulit dipahami. Jendela untuk bertindak dengan cepat tertutup. Sementara beberapa negara telah menggunakan krisis sebagai katalisator reformasi dan inovasi, Pakistan tampaknya terperangkap dalam siklus kebijakan reaktif dan kelambanan kelembagaan.

Semakin lama Pakistan menunda mengatasi kerawanan airnya, semakin dahsyat konsekuensinya-bagi rakyat, ekonomi, dan masa depannya.

Seperti yang dijelaskan dalam laporan PBB, dunia sedang mengamati-tetapi tergantung Pakistan untuk memutuskan apakah klasifikasi ini akan menjadi titik balik atau sekadar peringatan lain yang diabaikan tentang kemerosotannya ke dalam kelangkaan air yang lebih parah.

(dna)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER