Laos juga punya kardinal meski negara ini berhaluan komunis. Dia adalah Louis-Marie Ling Mangkhanekhoun.
Louis diangkat menjadi kardinal pada 2017. Saat ini, dia berusia 80 tahun, dmeikian dikutip situs Katolik, GCatholic.
Sejauh ini tak ada informasi yang menunjukkan ada kardinal di Korea Utara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Situs National Catholic Reporter (NCR) melaporkan jumlah umat katolik di Korut sekitar 3.000 jiwa. Namun tak ada sakramen dan pastor tetap di sana.
Salah satu warga Korea Selatan yang juga direktur lembaga bantuan Katolik di Seoul, Hwang, bahkan meyakini tak ada misa katolik di Korut bahkan di gereja bawah tanah.
"Gereja Korea Selatan akan tahu jika itu terjadi. Tak mungkin terjadi karena mereka takut ke pasukan keamanan," kata Hwang.
Korea Utara sempat menjadi rumah bagi komunitas Katolik sebelum 1950-an. Negara ini bahkan memiliki dua keuskupan dan satu biara.
Namun, sejak Perang Korea 1950-1953 pecah komunitas Katolik ikut porak-poranda. Korut mengasingkan, memenjarakan, atau mengeksekusi para pastor dan menyita lembaga serta aset milik umat Katolik. Biara saat ini menjadi Fakultas Pertanian.
Menurut laporan sekitar 18 Benediktan di Korut tewas saat perang berkecamuk entah karena eksekusi atau kematian di kamp kerja paksa.
Dalam buku tahunan Vatikan, uskup terakhir Pyongyang adalah Francis Hong Yong Ho. Dia dilaporkan sebagai daftar orang hilang sejak Maret 1962. Sejak saat itu, uskup Agung Korsel ditunjuk sebagai administrator apostolik Pyongyang.
Kuba juga memiliki kardinal meski negara berhaluan komunis.
Vatikan menunjuk Juan Garcia Rodriguez untuk menjadi kardinal Kuba pada 2019. Dia telah melakukan pelayanan uskup agung di Havana.
(bac)