Selain memutuskan mencabut sanksi terhadap Suriah, Trump juga menyempatkan diri bertemu dengan Presiden interim Suriah Ahmed Al Sharaa selama kunjungannya di Saudi.
Pertemuan itu terjadi pada 14 Mei, di mana ia mendesak Damaskus untuk bergabung dengan Abraham Accords.
Menurut Trump, Al Sharaa telah menyampaikan kepadanya keinginan untuk bergabung dengan Abraham Accords. Akan tetapi, ia masih terganjal masalah domestik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya katakan kepadanya, 'Saya harap Anda akan bergabung saat semuanya beres'. Dia bilang, 'Iya'. Namun, mereka masih punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan," kata Trump kepada wartawan, seperti dikutip Reuters.
Dalam kunjungannya ke Qatar, Trump juga meneken sejumlah kesepakatan, salah satunya penjualan ratusan pesawat Boeing.
Al Jazeera melaporkan bahwa Qatar Airways sepakat membeli 210 pesawat Boeing 787 Dreamliner dan 777X yang menggunakan mesin GE Aerospace. Kesepakatan ini bernilai US$96 miliar (sekitar Rp1.590 triliun).
Qatar juga sepakat untuk mengakuisisi kemampuan "anti-drone" dari perusahaan pertahanan AS Raytheon yang bernilai US$1 miliar (sekitar Rp16 triliun).
Lebih lanjut, Doha juga telah menyatakan keinginan untuk membeli drone MQ-9B dari General Atomics, drone canggih dengan daya tahan dan jangkauan luar biasa, dalam kesepakatan senilai US$2 miliar (sekitar Rp33 triliun).
Sama seperti di dua negara sebelumnya, lawatan Trump di Uni Emirat Arab juga menyepakati sejumlah kerja sama di bidang pertahanan.
AS mengumumkan penjualan senjata baru senilai lebih dari US$1,4 miliar (sekitar Rp23 triliun) ke UEA, beberapa hari sebelum kunjungan Trump, demikian dilaporkan CNN.
Trump di UEA juga mengumumkan kerja sama untuk membangun pusat data besar di Abu Dhabi guna memajukan kemampuan kecerdasan buatan (AI) dengan kapasitas 5 gigawatt, jumlah yang cukup untuk memberi daya pada satu kota besar.
(blq/bac)