Pejabat AS yang bicara secara anonim mengatakan ada keyakinan tinggi bahwa Pakistan menggunakan pesawat J-10 buatan China untuk meluncurkan rudal air-to-air terhadap jet tempur India.
Pegiat militer juga menyoroti kinerja rudal air-to-air PL-15 milik China terhadap Meteor, rudal air-to-air berpemandu radar produksi grup Eropa MBDA. Namun, belum ada konfirmasi resmi mengenai penggunaan senjata ini.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Analis barat juga mengatakan rincian penting masih belum diketahui, termasuk penggunaan Meteor dan jenis serta jumlah pelatihan yang dilakukan pilot.
"Akan ada audit yang dilakukan untuk mengetahui mana yang berhasil dan mana yang gagal," ungkap Byron Callan, pakar pertahanan AS.
"Jadi, saya benar-benar berharap pemasok Eropa untuk India, dan Pakistan serta China mungkin bisa menyampaikan umpan balik [tentang produknya]," lanjutnya.
Ketegangan India-Pakistan terjadi menyusul serangan kelompok militan di Kashmir pada 22 April yang menewaskan 26 turis, mayoritas asal India. India menuding Pakistan terlibat dalam serangan itu. Pakistan telah membantah dan mendorong penyelidikan terbuka.
Lihat Juga : |
India kemudian menggempur Pakistan pada Rabu (7/5) dini hari hingga menyebabkan 31 warga sipil tewas dan puluhan lainnya mengalami luka-luka.
Otoritas Pakistan menyebut India meluncurkan 26 serangan di enam titik dan mengerahkan 80 jet tempur.
Sebagai tanggapan, Pakistan menembak jatuh lima jet tempur India, beberapa di antaranya MiG-29 dan Su-30 buatan Rusia, serta tiga Rafale buatan Prancis.
Menurut Kementerian Pertahanan India, Pakistan berusaha menyerang sejumlah situs militer di India barat dan utara pada Rabu malam dan Kamis pagi. Oleh sebab itu, New Delhi menargetkan radar dan sistem pertahanan udara di sejumlah area Pakistan.
(frl/bac)