WAWANCARA EKSKLUSIF

Indonesianis Ian Wilson Bahas Premanisme, GRIB & Kasus Kadin Cilegon

Anisa Dewi Angriaeni | CNN Indonesia
Minggu, 18 Mei 2025 14:05 WIB
CNNIndonesia.com mewawancarai pakar politik dan masyarakat Indonesia kontemporer dari Australia, Ian Wilson, membahas fenomena premanisme di Indonesia.
Ormas Pemuda Pancasila. (CNN Indonesia/Andry Novelino)

Artinya premanisme sekarang bukan karena ketimpangan ekonomi?

Kalau orang ngamen dengan memaksa, saat kamu macet di Jakarta, masa itu disamakan dengan organisasi yang mengganggu diskusi. Kedua ini mungkin beda, kan.

Satunya memang mencerminkan masalah kemiskinan, ketimpangan, dan tantangan untuk menciptakan lapangan kerja formal yang terlindungi oleh hukum dan kondisi-kondisi kerja secara formal itu. Jadi banyak orang hidup dari ekonomi informal. Dan memang karena itu tidak diatur, karena istilahnya informal, memang kadang ada yang bisa disamakan dengan kriminal, intimidasi, dan sebagainya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dan, kadang memang ormas secara historis, dan negara juga pada usia baru, merangkul itu untuk menjadi suatu modal sosial dan politik, serta kekuatan politik di dalam organisasi masyarakat. Tapi premanisme dalam arti premanisme dalam politik, saya kira itu fenomena yang berbeda, dan mencerminkan kontinuitas dalam sebuah relasi otoritas, mungkin. Mungkin bisa dikatakan gitu.

Setelah reformasi ini, ada semacam pembiaran dari negara karena masih ada tindakan-tindakan premanisme. Apakah harus ada penanganan khusus atau kontrol penuh dari negara untuk mengatasi premanisme?

Saya bukan warga negara Indonesia, saya tidak mau menyampaikan bagaimana mesti aparat bertindak, karena it's not my place to say.

Ada ormas yang bikin seragam seperti militer. Kenapa militer?

Bisa apa saja, tapi selalu pilih itu. Kenapa? Itu pertanyaan sederhana, tapi menarik untuk dijawab. Karena itu mencerminkan sejarah, tapi itu juga mencerminkan relasi bentuk organisasi itu di dalam sistem politik Indonesia.

Untuk atas hak teritorial, atas pembelaan, tapi juga itu terkait dengan perilaku ekstraktif atau predatorial. Mereka selalu mau diidentikkan dengan kekuasaan formal, walaupun tidak ada. Seolah-olah mereka meniru TNI, mereka meniru tentara, walaupun mereka cuma orang biasa, tapi perilakunya seolah-olah mereka memang punya legitimasi formal itu.

Itu yang mereka harapkan. Buat saya itu selalu menarik karena mencerminkan relasi politik di Indonesia, dan proses pembentukan negara di Indonesia dalam langkah panjang sampai sekarang ini.

Apa akar premanisme di Indonesia?

Mungkin bisa kembali ke pemahaman normatif itu yang dialami masyarakat di Indonesia pada umumnya. Seperti saya katakan, bisa tanya siapapun di Indonesia, wah ini preman, itu premanisme, orang paham itu.

Nah itu biasanya ada unsur intimidasi untuk minta sesuatu. Memaksakan. Jadi, kadang dan ini mungkin dilihat di konteks analisa di negara lain, kalau ada misalnya organized crime, kriminal terorganisasi, sangat kuat. Itu biasanya ada suatu analisis bahwa itu bisa membentuk transaksi di dalam masyarakat dengan tidak ada konsolidasi proses-proses formal, misalnya. Untuk diselesaikan secara hukum, administratif, dan sebagainya.

Dan memang dari dulu, walaupun kelas menengah, menengah-atas di Indonesia yang sering komplain soal ormas preman itu. (Tapi) dari dulu (mereka) memang yang sering minta bantuan ormas, artinya dibayar. (Mereka) adalah kelas menengah sampai menengah atas untuk menyelesaikan soal tanah di Indonesia yang selalu rumit.

Selalu tidak ada proses hukum yang jelas untuk menyelesaikan masalah yang mencerminkan administrasi yang begitu rumit.

Makanya selalu ada peluang untuk menggunakan cara seperti itu. Lihat kasus sengketa tanah di Indonesia begitu banyak. Dan itu, banyak yang disebut ormas, preman hidup di situ untuk menyelesaikan masalah.

Mereka selalu menawarkan 'kami orang yang bisa menyelesaikan masalah karena kami menjembatani lapisan-lapisan di masyarakat.' Preman yang disebutnya punya relasi dengan kekuasaan formal.

Makanya, mereka disegani masyarakat karena mereka mungkin sering bikin onar, sering bikin kacau, sering minta-minta. Tapi mereka juga bisa menyelesaikan masalah atau menjadi broker antara masyarakat dan kekuasaan formal karena mereka punya relasi dengan polisi, tentara, atau siapa saja.

Jadi, insur itu juga ada sampai sekarang walaupun jauh lebih kompleks di Indonesia, negara yang sangat kompleks itu. Tapi relasi itu tetap ada.

Adakah perubahan terkait premanisme yang berkedok Ormas di masa Orde Baru, reformasi sampai saat ini?

Ya, jelas ada.

Seperti saya sampaikan, kalau zaman dahulu, Orde Baru, ormas yang besar apa itu? Ada pemuda Pancasila, misalnya. Ada pemuda Pancarmaga yang punya hubungan dekat dengan ABRI waktu itu. Semuanya di dalam alasan exist (kehadiran), selalu mengarahkan ke soal membela negara, membela ideologi negara Pancasila dan sebagainya itu.

Jadi mereka semuanya menjadi bagian dari konsep membela status quo. Dan sistem, kalau bisa disebut sistem adalah mereka kadang bisa melakukan atau menghidupi ekonomi predatorial di tingkat masyarakat dalam pemahaman bahwa mereka juga ada fungsi untuk menjaga status quo yang ada, misalnya.

Kalau pasca-reformasi, dengan otonomi daerah. Ada desentralisasi. Kekuasaan terfragmentasi, dan ada demokrasi dalam arti masyarakat-masyarakat bisa menuntut hak yang sebelumnya mereka tidak bisa. Ormas juga mencerminkan itu. Kalau Odeh Baru tidak ada, tidak mungkin ada yang seperti FPI, tidak mungkin ada kayak FBR yang menuntut atas nama masyarakat Betawi, misalnya.

Karena dilarang, ada istilahnya SARA waktu itu. Tidak boleh yang menyinggung ras, suku, agama, dan lain-lain. Pada pasca-reformasi, banyak yang mengarah ke (politik) identitas.

Identitas kejayaan, identitas agama, dan itu menjadi basis untuk merebut atau untuk menuntut sesuatu. Misalnya FPI suka menuntut dalam pembela Islam. Islam dibela dari apa?

Untuk menjadi kekuatan politik sendiri walaupun mereka bisa hidup begitu lama, walaupun sering bikin ulah, sering bikin kasus. Sering menciptakan konflik-konflik antara golongan karena di dalam konteks politik demokrasi Indonesia dalam arti berbagai kepentingan dan kelompok, mereka ada peran. Mereka ada peran.

Yang menarik setelah 212 ,itu puncaknya FPI, kan banyak kelas menengah bergabung atau melihat Habib Rizieq sebagai pemimpin revolusioner.

(bac)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER