Senada dengan Roshi Buddha, seorang rabi juga mengaku bahwa sang Ilahi tidak berwujud maupun terlihat.
"Saya menyadari bahwa denyut nadi saya adalah Tuhan, napas saya adalah Tuhan," ucap rabi tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa pemuka agama juga mengaku bahwa Tuhan yang mereka rasakan kehadirannya datang dalam bentuk maskulin. Namun, banyak pula yang justru merasa Tuhan hadir dalam bentuk feminin.
Beberapa subjek menggambarkan Tuhan sebagai suatu yang "menenangkan", "keibuan", dan "seperti rahim."
Satu-satunya orang Islam yang ikut dalam eksperimen ini, Sughra Ahmed, mendefinisikan Tuhan sebagai sesuatu yang tidak maskulin maupun feminin.
"Tuhan berada jauh melampaui batasan jenis kelamin, di atas segalanya... Ia bukanlah sosok," ucap ustazah di Inggris tersebut.
Ahmed sendiri mengikuti dua kali sesi pada eksperimen ini. Di sesi pertama, ia merasa bahwa Tuhan tepat di belakangnya, yang bisa ia tabrak jika ia berbalik.
Pada sesi kedua, ia menyadari bahwa "rahim adalah pusat dari segalanya."
Lihat Juga : |
"Betapa luar biasa mulia bahwa perempuan memiliki ini secara eksklusif dan bukan orang lain. Jadi mengapa tidak ada budaya yang menghormati dan mengagumi perempuan?" ucapnya.
Menurut psikiater di University of New Mexico yang melakukan penelitian psikedelik di awal tahun sembilan puluhan, Rick Strassman, hasil penelitian ini berpotensi bias karena mereka yang menjadi sukarelawan cenderung "lapar secara spiritual akan pengalaman mistis."
Strassman berujar para subjek bisa jadi menyampaikan pengalaman sakral sesuai apa yang memang mereka inginkan alih-alih fakta nyata, dikutip dari the New Yorker.
(blq/bac)