Otoritas Israel mengakui beberapa rudal berhasil menghindari sistem dan menyebabkan "beberapa dampak terhadap bangunan." Namun, sejauh ini tak ada informasi lebih lanjut berapa rudal yang dicegat, dan berhasil masuk Israel.
Militer Israel hanya mengatakan sistem pertahanan "sedang beroperasi aktif" demikian dikutip FirstPost.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rentetan serangan dengan volume tinggi disebut-sebut bisa membuat Iron Dome kurang efektif terutama dengan semakin marak penggunaan drone, rudal jelajah, dan tembakan roket terkoordinasi.
Analis senior di Australian Strategic Policy Institute, Malcolm Davis, menyebut Iron Dome bisa kewalahan menghadapi serbuan ratusan rudal dan drone, dalam satu waktu bersamaan.
Terlebih, Iran menggunakan kombinasi sejumlah rudal termasuk jenis hipersonik dan drone-drone canggih untuk menembus pertahanan udara Israel.
Davis menjelaskan jumlah rudal pencegat Iron Dome terbatas sehingga jika diserbu secara bersamaan ada potensi sistem ini keteteran atau jebol.
"Jadi salah satu cara untuk mengalahkannya adalah dengan membuatnya kewalahan. Dan itu adalah kelemahan dari sistem pertahanan udara mana pun," ujar Davis pada Oktober 2023, dikutip ABC.
Pejabat Israel telah lama menunjukkan bahwa tidak ada sistem pertahanan yang sempurna, dan bahwa arsitektur pertahanan udara mereka dirancang untuk berfokus pada perlindungan pusat populasi dan infrastruktur vital.
Dalam model seperti itu, sistem seperti Iron Dome diprogram untuk hanya mencegat proyektil yang mungkin mengenai area sensitif atau berpenduduk, dan membiarkan proyektil lain jatuh di area tak berpenghuni.
Namun, serangan baru-baru ini di dekat Kirya dan kawasan permukiman lain memicu pertanyaan baru mengenai sistem yang kewalahan atau kalah karena ancaman yang terus berkembang.
(isa/bac)