Disuruh Kim Angkut Batu Cegah Banjir, Pelajar di Korut Sakit-Mimisan
Sejumlah pelajar di Korea Utara (Korut) jatuh sakit hingga mimisan karena kelelahan usai rezim Kim Jong Un meminta mereka mengangkut batu setiap hari untuk membuat tanggul yang bisa mencegah banjir.
Salah satu sumber mengatakan pekerjaan mengumpulkan batu menyebabkan kecelakaan dan masalah kesehatan bagi pelajar. Orang tua pun banyak yang protes.
"Banyak sekali kecelakaan yang mengakibatkan tangan dan kaki terluka karena menambang batu, dan ada juga pelajar yang mimisan saat tidur malam karena kelelahan," ucap dia dikutip Radio Free Asia (RFA), Kamis (26/6).
Pemerintahan Kim Jong Un mengerahkan pelajar Sekolah Dasar (SD) hingga tingkat menengah di Provinsi Ryanggang untuk mengangkut batu setiap hari demi mencegah banjir.
Sumber itu menyebut batu-batu yang dikumpulkan untuk mempercepat pembangunan tanggul jelang musim hujan monsun yang biasanya berlangsung pada Juni hingga September.
"Setiap siswa harus menyumbangkan lima batu seukuran bola sepak ke lokasi pembangunan setiap hari," kata sumber yang bekerja di sektor pendidikan provinsi Ryanggang.
Sumber lain mengatakan usai menyelesaikan kelas para pelajar dari daerah Yeondu-dong, Yeonpung-dong, dan Songbong-dong di Distrik Wiyeon, Kota Hyesan berkumpul setiap hari, dari pukul 14.00 hingga 18.00 untuk mengumpulkan batu.
Para siswa diminta membawa batu-batu yang mereka kumpulkan ke lokasi pembangunan tanggul di hulu Sungai Geumsan, yang mengalir ke Amnok.
Lebih lanjut, sumber tersebut mengatakan pembangunan tanggul Sungai Geumsan seharusnya selesai pada Juni. Namun, dalam prosesnya pembangunan tertunda karena kekurangan batu.
Tanggul di area Sungai Geumsan rusak parah imbas banjir bandang tahun lalu.
Untuk menutupi kekurangan tersebut, para pelajar mengumpulkan batu di tambang tua di Yeonbong-dong. Sementara itu, mereka yang berasal dari pinggiran kota Hyesan mencari batu di tambang di Tambang Pemuda Hyesan.
Pengerahan pelajar untuk mengumpulkan batu berlangsung jelang musim hujan monsun. Tahun lalu, hujan dikombinasikan dengan infrastruktur tak memadai menyebabkan banjir bandang.
Banjir itu juga telah merenggut nyawa lebih dari 1.000 orang dan memicu kerusakan parah pada tanggul-tanggul.
Hingga saat ini, sumber itu menjelaskan pembuatan tanggul masih berlangsung, sementara musim hujan sudah tiba.
Media pemerintah Korut melaporkan hujan lebat mengguyur ibu kota Pyongyang dan beberapa provinsi utara pada pekan lalu. Badan cuaca sampai-sampai mengeluarkan peringatan untuk beberapa wilayah.
(isa/bac)