Direktur Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza, Marwan Al Sultan, tewas dalam serangan brutal Israel di Gaza City pada Rabu (2/7) waktu setempat.
Sementara itu jenazah pendaki Juliana Marins yang tewas usai terjatuh di Gunung Rinjani, telah tiba di Sao Paulo Brasil pada Selasa (1/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut ulasannya dalam Kilas Internasional hari ini, Kamis (3/7).
Israel membunuh Direktur Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza Palestina Marwan Al Sultan beserta keluarganya dalam serangan terbarunya yang menyasar Kota Gaza, pada Rabu (2/7).
Sumber Al Jazeera mengatakan serangan Israel menargetkan bangunan perumahan di Barat Daya Kota Gaza. Istri dan anak Al Sultan tewas dalam gempuran itu.
Al Sultan merupakan sumber informasi utama dari Gaza, yang melaporkan kondisi warga Palestina kepada publik. Ia juga sudah berulang kali meminta masyarakat internasional memastikan keselamatan tim medis, termasuk saat Israel mengepung hingga menyerang secara brutal RS Indonesia.
Militer Iran dilaporkan telah memuat ranjau-ranjau ke kapal-kapal di Teluk Persia sejak bulan lalu.
Aktivitas itu dilaporkan oleh dua pejabat Amerika Serikat yang khawatir bahwa Iran sedang bersiap untuk memblokade Selat Hormuz menyusul perangnya dengan Israel beberapa waktu lalu.
Salah seorang sumber mengatakan kepada Reuters bahwa Iran sudah mulai mengangkut ranjau ke kapal-kapalnya beberapa saat setelah Israel meluncurkan Operasi Rising Lion ke Iran pada 13 Juni.
Kendati begitu, tidak jelas apakah ranjau tersebut sudah dibongkar atau diturunkan dari kapal. Reuters juga belum bisa memverifikasi kapan pastinya proses muat itu dilakukan.
Jenazah pendaki asal Brasil yang tewas di Gunung Rinjani Nusa Tenggara Barat (NTB) pada pekan lalu, Juliana Marins, tiba di Sao Paulo pada Selasa (1/7).
Jenazah Marins tiba di Bandara Internasional Guarulhos, Sao Paulo, sekitar pukul 17.10 waktu setempat. Jenazah itu kemudian diangkut Angkatan Udara Brasil ke Rio de Janeiro.
Setibanya di Rio, jenazah Marins akan menjalani pemeriksaan lanjutan selama enam jam di Institut Medis Forensik Afraino Peixoto (IMLAP). Pemeriksaan ini didampingi perwakilan keluarga dan kepolisian.
Pihak berwenang Brasil akan melakukan autopsi ulang sesuai permintaan keluarga karena mereka curiga ada dugaan kelalaian dari tim penyelamat Indonesia.
(tim/dna)