Jakarta, CNN Indonesia --
Sebuah manga Jepang berjudul Watashi Ga Mita Mirai atau The Future I Saw membuat geger warga usai meramal akan ada gempa mega earthquake yang melanda negara itu besok, Sabtu (5/7).
Ramalan ini ramai diperbincangkan di media sosial hingga memicu kecemasan publik. Sejumlah penerbangan menuju Jepang, terutama dari Hong Kong, bahkan dibatalkan, imbas jumlah penumpang yang turun drastis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Manga tersebut ditulis oleh seniman Ryo Tatsuki dan pertama kali terbit pada 1999. Dalam edisi lengkap terbarunya, tercantum kalimat mencolok: "Bencana sesungguhnya akan datang pada Juli 2025."
Dalam ceritanya, digambarkan bahwa dasar laut antara Jepang dan Filipina akan retak dan menyebabkan gelombang tsunami di Jepang barat daya tiga kali lebih tinggi dari tsunami Tohoku pada 2011 lalu.
Meskipun tidak memiliki dasar ilmiah, banyak yang "percaya" bahwa komik ini memang mampu meramal bencana yang akan terjadi. Sebab,
Dalam edisi pertamanya, manga tersebut sempat memperingatkan tentang bencana alam besar pada Maret 2011.
Pada bulan serta tahun yang sama, gempa bumi serta tsunami melanda Tohoku hingga memicu bencana nuklir melanda pantai timur laut Jepang dan menewaskan belasan ribuan orang.
Tatsuki dalam komiknya itu juga disebut-sebut "meramalkan" kematian Putri Diana, Freddie Mercury, hingga pandemi Covid-19.
Ramalan seakan diperkuat dengan situasi saat ini di Jepang, di mana sejumlah wilayah terutama di Kepulauan Tokara, Prefektur Kagoshima, telah dilanda lebih dari 1.000 gempa bumi selama dua pekan terakhir.
Besar magnitudo gempa-gempa ini berkisar 2-5,5. Otoritas Jepang bahkan telah mengevakuasi 89 warga salah satu pulau di Tokara menyusul intensitas gempa bumi yang terus meningkat.
Kondisi ini makin memperkuat kekhawatiran publik menjelang tanggal "kiamat" yang diramalkan komik tersebut.
Mungkinkah, gempa terjadi? baca di halaman berikutnya >>>
Mungkinkah ramalan terjadi?
Para ahli gempa menegaskan bahwa ramalan ini tidak memiliki dasar ilmiah.
Badan Meteorologi Jepang menegaskan kepada Associated Press bahwa saat ini tidak mungkin memprediksi secara pasti waktu, lokasi, atau kekuatan gempa.
"Prediksi semacam itu adalah hoaks dan disinformasi," tegas lembaga tersebut seperti dikutip The South China Morning Post (SCMP).
Ryo Tatsuki sendiri sebagai kreator komik juga membantah anggapan bahwa manganya tersebut merupakan sebuah ramalan.
Dalam pernyataannya kepada Reuters, ia mengatakan bahwa dirinya "bukan nabi" dan meminta publik agar tidak terlalu terpengaruh oleh mimpinya, serta tetap mengikuti panduan dari para ahli.
Meski ramalan tersebut fiktif, kekhawatiran publik tidak sepenuhnya tanpa dasar.
Jepang memang berada dalam status siaga tinggi akan kemungkinan terjadinya gempa besar dalam waktu dekat.
Pemerintah Jepang memprediksi ada kemungkinan 80 persen akan terjadi gempa dengan kekuatan magnitudo hingga 9 di Zona Nankai (Nankai Trough) sebelum tahun 2055.
Zona ini merupakan laut sepanjang 800 km yang berada di lepas pantai selatan Jepang.
Gempa di wilayah ini berpotensi menyebabkan kerusakan besar, dengan estimasi korban jiwa mencapai 300 ribu orang dan kerugian ekonomi hingga US$2 triliun.
Terakhir kali zona ini memicu gempa besar adalah pada 1946.
Pada Agustus tahun lalu, gempa dengan kekuatan 7,1 sempat menimbulkan peringatan dini dari pemerintah terkait potensi megaquake.
Namun, tidak menimbulkan kerusakan besar dan status peringatan kemudian dicabut.
Turis Waswas
Rumor soal gempa besar pada 5 Juli turut memengaruhi pariwisata Jepang, terutama dari Hong Kong.
Jumlah wisatawan dari Hong Kong pada Mei 2025 tercatat turun 11 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Beberapa maskapai seperti Hong Kong Airlines dan Greater Bay Airlines bahkan membatalkan penerbangan ke Jepang karena rendahnya permintaan penumpang.
Pakar Ekonom dari Nomura Research Institute, Takahide Kiuchi, memperkirakan potensi kerugian ekonomi akibat penurunan wisatawan bisa mencapai US$3,9 miliar.
Namun, dua biro perjalanan utama di Hong Kong menyebut belum ada pembatalan massal untuk perjalanan ke Jepang pada akhir pekan ini.
Gaduh ramalan gempa dahsyat ini terjadi ketika sektor pariwisata Jepang justru mencatatkan rekor tertinggi pada April 2025 dengan 3,9 juta kunjungan wisatawan dalam sebulan.
Jepang memang berada di zona Ring of Fire, wilayah rawan gempa dan letusan gunung api di lingkar Pasifik.
Negeri Sakura ini mengalami dua hingga tiga gempa per hari, meskipun sebagian besar berkekuatan kecil.
Sebagai negara dengan pengalaman panjang menghadapi gempa, Jepang memiliki sistem mitigasi dan desain bangunan tahan gempa yang canggih.
Mulai dari struktur rangka baja yang fleksibel hingga sistem bantalan bola yang memungkinkan bangunan bergerak bebas tanpa merusak fondasi.
Pemerintah juga telah mengeluarkan rencana kesiapsiagaan untuk menghadapi potensi gempa Nankai sejak 2014.
Rencana itu diperbarui pada 1 Juli 2025, dengan rekomendasi percepatan pembangunan tanggul, tempat evakuasi, dan pelatihan rutin kebencanaan.
Meski masyarakat Jepang sudah terbiasa hidup berdampingan dengan ancaman gempa, kepanikan yang ditimbulkan oleh sebuah manga menunjukkan betapa dalamnya ketakutan kolektif akan bencana besar yang sewaktu-waktu bisa terjadi.