Nasib Tragis Pencipta Bom Atom Hiroshima, Dituduh Dukung Komunis
Pada 6 dan 9 Agustus 1945 Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.
Bom yang mematikan hingga menelan korban nyawa sekitar 100 ribu orang dan ribuan lain terpapar radiasi. Sebuah kejahatan Amerika yang paling mengerikan dalam sejarah. Bom tersebut mengakhiri Perang Dunia II dengan kekalahan Jepang.
Bapak bom atom
Otak pembuat bom itu adalah Julius Robert Oppenheimer, ahli fisika kelahiran New York 22 April 1904 dari pasangan imigran Yahudi Jerman. Sejak muda dia sudah memperlihatkan kecemerlangan pada fisik.
Dikutip dari History.co.uk, ia masuk Universitas Harvard untuk belajar kimia pada 1922. Meskipun ia lulus sebagai yang terbaik di kelasnya tiga tahun kemudian, kecintaannya terhadap fisika membawa Oppenheimer muda ke jalur ilmiah yang berbeda.
Pada 1942, Jenderal Leslie Groves mengundang Oppenheimer untuk menjadi direktur ilmiah Proyek Manhattan, proyek rahasia AS untuk mengembangkan bom atom. Setelah Oppenheimer memilih lokasi di Los Alamos, New Mexico, Angkatan Darat AS mulai membangun serangkaian laboratorium di sana.
Para ahli fisika terbaik di Amerika dan Eropa dibawa ke Los Alamos dan ditugaskan untuk menciptakan bom yang belum pernah ada sebelumnya di dunia.
Tim Oppenheimer yang hanya terdiri dari beberapa ratus orang segera berkembang menjadi beberapa ribu orang, semuanya di bawah arahannya, karena uang pembayar pajak Amerika membanjiri proyek tersebut.
Meskipun Oppenheimer tidak memiliki banyak pengalaman dalam mengelola proyek sebesar ini, ia dengan cepat mempelajari seluk-beluknya, membalas kepercayaan yang diberikan Jenderal Groves kepadanya.
Hanya tiga tahun setelah proyek dimulai, Oppenheimer dan timnya siap menguji bom atom mereka. Uji coba bom yang diberi nama 'Trinity' dilakukan pada 16 Juli 1945 di Alamogordo, New Mexico, di mana Oppenheimer yang gelisah menyaksikan dari bunker kontrol saat ledakan nuklir pertama di dunia meletus.
Kurang dari sebulan setelah uji coba, Amerika menjatuhkan dua bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang, yang secara efektif mengakhiri Perang Dunia Kedua. Oppenheimer dikatakan sangat sedih karena bom itu digunakan dua kali. Padahal, ia yakin bom kedua tidak diperlukan.
Beberapa hari kemudian, ia berhasil bertemu dengan Presiden Truman di mana ia mengungkapkan rasa sesalnya. Ia mengatakan kepada Presiden bahwa ia merasa ada "darah di tangannya".
Tapi Presiden Truman justru benci dengan sikap sok moralis Oppenheimer dan dengan gamblang menyatakan kepada para pembantunya setelah pertemuan, "Saya tidak ingin melihat bajingan itu di kantor ini lagi."
Dituduh simpatisan komunis
Tahun-tahun berikutnya, kehidupan sang bapak atom justru tidak menyenangkan. Badan Intelijen AS menuduhnya sebagai mata-mata untuk Uni Soviet. Oppenheimer dan keluarganya dituding simpatisan komunis.
Dikutip dari situs Russia Beyond, Badan intelijen AS benar-benar memiliki beberapa kartu As di tangan mereka.
Istri Oppenheimer, saudara laki-lakinya, dan beberapa rekan ilmuwan pernah menjadi anggota partai komunis dan bahkan Oppenheimer sendiri menghadiri beberapa pertemuan.
Selain itu, dia secara terbuka mendukung beberapa ide partai dan pernah menjadi pendukung perjuangan anti-fasis dalam perang saudara Spanyol. Dia pun diduga mendukung paham komunisme.
Tak ada yang pernah membuktikan bahwa ia direkrut oleh badan intelijen Soviet atau memberikan informasi apa pun kepada komunis. Namun, bersahabat dengan seorang komunis saja sudah cukup alasan untuk dituduh tidak setia di era Perang Dingin.
Sebuah sidang yang diadakan pada tahun 1954 memutuskan untuk mencabut izin Oppenheimer dan dia diberhentikan dari posisi penasihat pemerintah AS.
Tudingan itu melekat hingga meninggal pada 18 Februari 1967 di New Jersey. Namun pada tahun 2022, Departemen Energi AS mengakui bahwa pengadilan Oppenheimer cacat dan bias.
(imf/bac)