Krisis air Pakistan saat ini lebih disebabkan oleh kegagalannya sendiri ketimbang tindakan India. Laporan terbaru menunjukkan aliran air ke provinsi Sindh Pakistan turun 17 persen, memengaruhi musim tanam. Namun penurunan ini mencerminkan keterbatasan India dalam memanipulasi aliran sungai, bukan upaya yang disengaja untuk menyebabkan kerugian.
Sungai-sungai Indus membawa volume air yang sangat besar, terutama selama musim hujan, dan infrastruktur India saat ini tidak mampu mengubah aliran ini secara signifikan tanpa membanjiri wilayahnya sendiri.
Masalah mendasar tetaplah penolakan Pakistan untuk memilih antara terorisme dan kerja sama. Para pemimpin Pakistan seperti Bilawal Bhutto Zardari berbicara tentang dialog komprehensif, namun negaranya terus memberikan perlindungan bagi kelompok teroris. Mereka menuntut hak air sambil menolak mengakui bahwa dukungan mereka terhadap terorisme telah menciptakan situasi ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Posisi India bahwa "darah dan air tidak dapat mengalir bersama" mencerminkan respons dewasa terhadap puluhan tahun tindakan ganda Pakistan.
Upaya sebelumnya untuk menghubungkan kemajuan dalam isu terorisme dengan isu bilateral lainnya gagal karena janji Pakistan yang tidak tulus dan kemudian dilanggar. Penangguhan Indus Waters Treaty akhirnya menciptakan konsekuensi nyata atas perilaku Pakistan.
Ketentuan dalam perjanjian tersebut menunjukkan bagaimana hukum internasional dapat dimanfaatkan oleh pihak yang beritikad buruk. Pakistan memperoleh hak inspeksi untuk memastikan kepatuhan India, namun tidak memberikan jaminan timbal balik soal penghentian terorisme.
Perjanjian ini tidak memiliki klausul keluar atau masa berlaku, sehingga sulit untuk dimodifikasi meski kondisi berubah secara mendasar.
Konvensi Wina tentang Hukum Perjanjian mengakui bahwa perubahan fundamental dalam keadaan dapat membenarkan pengakhiran perjanjian, dan dukungan berkelanjutan Pakistan terhadap terorisme jelas memenuhi kriteria tersebut. Kondisi sulit yang dihadapi Pakistan saat ini menunjukkan harga dari memilih terorisme ketimbang kerja sama.
Negara itu menghadapi tekanan air, kekurangan energi, dan tantangan pertanian sebagian karena kebijakan sendiri yang telah merusak stabilitas regional. Alih-alih mengakui kenyataan ini, para pemimpin Pakistan terus melontarkan ancaman dan tuntutan.
Komunitas internasional seharusnya menyadari bahwa penangguhan Indus Waters Treaty oleh India adalah respons sah terhadap agresi Pakistan. Tidak ada negara yang seharusnya dipaksa memberikan keuntungan kepada tetangga yang secara aktif mendukung kekerasan terhadap warganya sendiri.
Klaim Pakistan soal hak air menjadi hampa ketika disandingkan dengan catatan panjang terorisme dan peperangannya.
Pakistan memiliki pilihan untuk mengakhiri dukungan terhadap terorisme dan kembali ke jalur kerja sama, atau menghadapi konsekuensi dari tindakannya. Sampai Pakistan mengambil keputusan fundamental ini, posisi India untuk tetap menangguhkan perjanjian tersebut adalah sah dan perlu.
(tim)