Jakarta, CNN Indonesia --
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertemu di Gedung Putih, Washington, pada Senin (7/7).
Salah satu yang dibahas keduanya yakni prospek gencatan senjata antara Israel dan Hamas untuk mengakhiri agresi brutal Tel Aviv ke Jalur Gaza Palestina sejak Oktober 2023 lalu.
Trump sendiri telah menyodorkan proposal gencatan senjata versi dirinya kepada Israel dan Hamans. Ia bahkan yakin bahwa gencatan senjata akan terwujud di Jalur Gaza, Palestina, pekan ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Optimisme itu ia sampaikan usai AS menyodorkan proposal gencatan senjata ke Israel dan kelompok milisi Hamas, yang menurut Trump telah disetujui oleh pihak Israel.
Hamas sementara itu mengaku telah memberikan respons positif terhadap draf usulan Washington. Namun demikian, mereka mengajukan tiga amendemen atau permintaan tambahan, yang bagi Israel "tidak dapat diterima".
Apa isi proposal gencatan senjata Gaza?
AS pada umumnya memfokuskan kesepakatan gencatan senjata pada pertukaran tawanan.
Dalam draf ini, AS mengusulkan agar Hamas membebaskan 10 tawanan Israel yang masih hidup serta 18 jenazah tawanan dengan imbalan pembebasan sejumlah warga Palestina dari penjara Israel.
Hingga kini, 50 orang diyakini masih ditawan Hamas di Gaza. Sekitar 20 di antaranya dipercaya masih hidup.
Dalam usulannya, AS juga menawarkan bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Komite Palang Merah Internasional akan berkontribusi dalam pendistribusian bantuan ke Gaza.
Sejak Israel melanggar gencatan senjata, kelompok-kelompok kemanusiaan internasional telah mengkritik Gaza Humanitarian Foundation (GHF), badan distribusi bantuan bekingan AS dan Israel, karena dinilai tak becus mendistribusikan bantuan dengan benar.
Pasalnya, selama mereka beroperasi, ratusan warga sipil Palestina tewas ditembaki militer Israel yang berjaga di dekat titik distribusi. Padahal, warga Palestina hanya mengantre bantuan karena berbulan-bulan menderita kelaparan akut.
Lebih lanjut, proposal gencatan senjata AS juga menyerukan penarikan pasukan Israel secara bertahap dari beberapa wilayah Gaza.
Apa permintaan Hamas? Baca di halaman berikutnya >>>
Apa permintaan Hamas?
Berdasarkan laporan sejumlah media, ada tiga tuntutan utama Hamas dalam negosiasi gencatan senjata ini.
Pertama, Hamas menuntut agar distribusi bantuan di Gaza dikembalikan ke badan Perserikatan Bangsa-Bangsa, bukan oleh Gaza Humanitarian Foundation lagi.
Sejak GHF mengambil alih wewenang distribusi, lebih dari 700 warga Palestina tewas ditembaki pasukan militer Israel kala mengantre bantuan.
Surat kabar sayap kiri Israel, Haaretz, melaporkan pada akhir Juni lalu bahwa tentara-tentara Israel sengaja diperintahkan untuk menembaki warga Palestina di lokasi distribusi meskipun mereka sama sekali tidak menimbulkan ancaman.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) tergesa-gesa membantah pengakuan prajurit mereka itu.
Namun, pengakuan prajurit Israel tersebut sejalan dengan banyaknya jumlah kematian di titik distribusi.
Kelompok kemanusiaan internasional sudah berulang kali mengkritik kinerja GHF karena mendukung agenda politik Israel alih-alih membagikan bantuan dengan benar.
Kepala Kemanusiaan PBB Tom Fletcher pada Mei lalu blak-blakan menyatakan GHF dijalankan untuk tujuan militer dan politik Israel, bukan untuk tujuan kemanusiaan, demikian dilaporkan Al Jazeera.
Kedua, Hamas meminta agar Israel menarik diri dari posisi-posisinya di Gaza sekarang. Hamas mendesak Israel untuk mundur ke posisinya sebelum melanggar gencatan senjata pada Maret lalu.
Pada Mei, pasukan Israel memulai operasi darat baru ke Gaza hingga menewaskan ratusan warga sipil. Militer menyatakan operasi itu untuk mengambil kendali operasional atas sebagian besar Jalur Gaza.
Israel telah menciptakan Koridor Netzarim di Gaza, yang membagi wilayah kantong itu menjadi sektor utara dan selatan, setelah meluncurkan agresi. Pada April, Netanyahu kembali mengumumkan pembentukan Koridor Morag di Gaza selatan.
Ketiga, Hamas meminta jaminan internasional bahwa pelanggaran gencatan senjata oleh Israel tak akan terulang lagi.
Pada Maret, Israel secara sepihak melanggar gencatan senjata yang telah disepakati pada Januari.
Hamas tak ingin pelanggaran itu dilakukan lagi oleh Israel, dan karenanya mendesak AS memberikan jaminan bahwa serangan udara dan darat Israel tidak akan dilancarkan, meskipun gencatan senjata berakhir tanpa akhir permanen perang.
Bagaimana respons Israel?
Netanyahu dilaporkan menyetujui proposal AS. Namun, ia tak setuju dengan amandemen yang diminta Hamas.
Sejak awal, Netanyahu memang telah menyatakan bahwa ia tak akan mengakhiri perang sampai seluruh tawanan dibebaskan dan Hamas dimusnahkan.
Berbagai analis telah menyebut tujuan akhir Netanyahu, yakni melenyapkan Hamas, semata-mata demi kepentingan politik pribadinya di Israel.
Netanyahu saat ini sedang menghadapi kasus hukum, salah satunya terkait dugaan korupsi. Para analis percaya bahwa perang Netanyahu di Gaza dilancarkan untuk membangun pengaruh politik yang bisa membatalkan kasus-kasus terhadapnya, serta untuk menggalang dukungan rakyat guna melanggengkan jabatannya sebagai pemimpin Israel.
Apa mungkin gencatan senjata tercapai di Gaza?
Trump tampaknya sangat ingin gencatan senjata terwujud di Gaza dalam waktu dekat. Namun, pada faktanya sulit untuk diterapkan karena keinginan keras pihak-pihak yang bertikai, terutama Israel.
"Israel dan Netanyahu tidak tertarik untuk mencapai gencatan senjata," kata profesor hubungan internasional di Universitas Qatar, Adnan Hayajneh, kepada Al Jazeera.
"Apa yang diinginkan Israel jelas ... tanah tanpa rakyat [Palestina]," lanjut Hayajneh.
"Jadi warga Palestina diberi tiga pilihan ... mati kelaparan ... terbunuh ... [atau] meninggalkan tanah itu. Tapi warga Palestina sejauh ini telah membuktikan bahwa mereka tidak akan meninggalkan tanah itu, apa pun yang terjadi."