Lebih dari 20 warga sipil, termasuk anak-anak, tewas dalam serangan udara di sebuah vihara di Myanmar.
Melansir AFP, serangan ini terjadi sekitar Jumat (10/7) pukul 01.00 dini hari waktu setempat di Desa Lin Ta Lu, Sagaing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Serangan terjadi di aula biara tempat para pengungsi tinggal," ujar seorang pejuang anti-junta yang tidak mau disebutkan namanya.
Sebanyak 22 orang disebutkan tewas, tiga di antaranya merupakan anak-anak. Sementara dua orang lain mengalami luka-luka dan masih dalam kondisi kritis di rumah sakit.
"Mereka mengira aman untuk tinggal di vihara Buddha. Tapi mereka tetap dibom," ujarnya.
Seorang warga setempat juga ikut mengkonfirmasi bahwa aula vihara tersebut hancur total. Ia juga mengaku melihat beberapa jenazah dimasukkan ke dalam mobil untuk dimakamkan.
"Banyak jenazah mengalami luka di kepala. Sungguh menyedihkan melihatnya," ujar warga tersebut, yang juga tak ingin disebutkan namanya.
Hingga berita ini diturunkan, juru bicara Junta Myanmar Zaw Min Tun belum menanggapi komentar yang diminta AFP.
Wilayah Sagaing sendiri merupakan episentrum gempa dahsyat berkekuatan 7,7 SR yang melanda Myanmar pada Maret lalu.
Setelah gempa, muncul dugaan gencatan senjata antara junta dan kelompok bersenjata. Tapi, serangan udara dan pertempuran terus berlanjut.
Pada Mei lalu, sebuah serangan udara menimpa sekolah di Desa Htein Kwin, Sagaing. Serangan menewaskan 20 siswa dan guru.
Myanmar telah dilanda perang saudara sejak militer menggulingkan pemerintahan demokratis pada tahun 2021. Sagaing merupakan salah satu wilayah yang paling terdampak.
Junta militer menggempur desa-desa di Sagaing dengan serangan udara yang menargetkan kelompok-kelompok bersenjata.