PBB: 798 Orang Tewas Saat Antre Bantuan di Gaza dalam 6 Pekan Ini

CNN Indonesia
Sabtu, 12 Jul 2025 23:30 WIB
Kantor PBB mencatat 798 warga Gaza tewas saat antre bantuan dalam enam pekan. ini. Keprihatinan meningkat atas kekerasan di lokasi distribusi bantuan.
Seorang perempuan Palestina berduka atas kematian seorang kerabat akibat serangan Israel pada Jumat malam terhadap sekolah Halima Saadiya, saat pemakaman di Jabalia di Jalur Gaza utara pada 11 Juli 2025. (AFP/BASHAR TALEB)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk urusan HAM (OHCHR) mencatat setidaknya dalam enam pekan terakhir ada 798 warga yang tewas saat antre bantuan di posko kemanusiaan di Gaza, Palestina.

Juru Bicara OHCHR Ravina Shamdasani mengatakan itu merupakan catatan mereka sejak 27 Mei-7 Juli 2025 ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"(Dari 27 Mei 2025) hingga 7 Juli, kami mencatat ada 798 orang terbunuh, termasuk 615 di sekitar lokasi Yayasan Kemanusiaan Gaza, dan 183 orang terbunuh diduga di jalur konvoi bantuan," kata Shamdasani kepada wartawan di Jenewa, Swiss, dikutip dari Reuters, Sabtu (12/7).

Catatan OHCHR itu dikumpulkan dari sumber-sumber informasi seperti rumah sakit di Gaza, pemakaman, kerabat korban, dan otoritas kesehatan Palestina, hingga organisasi nonprofit di lokasi tersebut. Dia mengatakan sebagian besar luka korban adalah akibat tembakan.

"Sebagian besar cedera pada warga Palestina di sekitar pusat distribusi bantuan yang dicatat oleh OHCHR sejak 27 Mei adalah luka tembak," kata Shamdasani.

"Kami telah menyampaikan keprihatinan tentang kejahatan kekejaman yang telah dilakukan dan risiko kejahatan kekejaman lebih lanjut yang dilakukan di mana orang-orang mengantre untuk mendapatkan pasokan penting seperti makanan," sambungnya.

Dia pun merespons pernyataan GHF sebelumnya yang menyebut angka-angka korban yang dirilis pihaknya adalah palsu dan menyesatkan.

Shamdasani berkata: "Tidak membantu untuk mengeluarkan penolakan menyeluruh atas keprihatinan kami - yang dibutuhkan adalah penyelidikan mengapa orang-orang terbunuh saat mencoba mengakses bantuan."

Sebelumnya, pada awal Juli ini sebanyak 169 organisasi kemanusiaan di seluruh dunia menyerukan diakhirinya sistem distribusi bantuan yang dipimpin Amerika Serikat (AS) bersama Israel yang dikelola Yayasan Kemanusiaan Gaza (Gaza Humanitarian Foundation/GHF).

Mereka mengutip laporan bahwa warga Palestina ditembak dan dibunuh oleh pasukan Israel saat menunggu bantuan di dekat lokasi pendistribusian GHF tersebut. Jumlah korban tewas yang mengkhawatirkan itu muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran dunia atas mekanisme distribusi yang saat ini berlaku di Gaza.

Oleh karena itu lebih dari seratus organisasi kemanusiaan di dunia itu mendesak agar pendistribusian bantuan kembali ke mekanisme yang dipimpin PBB. Sebelumnya pendistribusian bantuan yang dikoordinasi PBB di Gaza itu setop pada Maret lalu setelah Israel memperketat blokadenya di wilayah tersebut.

Bantuan kemanusiaan ke Gaza mulai diizinkan masuk secara bertahap sejak akhir Mei, namun didistribusikan melalui yayasan kerja sama AS-Israel tersebut. Walhasil, banyak kelompok bantuan internasional menolak bekerja sama GHF, karena hubungannya dengan otoritas Israel.

Melalui pernyataan bersama, organisasi-organisasi bantuan kemanusiaan itu mengkritik Yayasan Kemanusiaan Gaza karena mengambil alih proses distribusi bantuan, memperingatkan bahwa operasi mereka telah menyebabkan kondisi berbahaya dan mematikan bagi warga sipil.

Penandatangan pernyataan tersebut meliputi organisasi dari Eropa, AS dan Israel, yang bergerak di bidang bantuan makanan dan medis, pembangunan serta hak asasi manusia (HAM).

Sementara itu, GHF lewat juru bicaranya menyanggah tudingan OHCHR dan pernyataan bersama organisasi-organisasi kemanusaiaan tersebut.

"Faktanya serangan paling mematikan di situs bantuan adalah bisa dikaitkan dengan konvoi PBB," katanya.

Menurut GHF, solusi utamanya adalah lebih banyak bantuan dengan tangan-tangan yang ada.

"Jika PBB dan kelompok kemanusiaan lainnya mau berkolaborasi dengan GHF, insiden kekerasan ini dapat diakhiri atau dikurangi secara signifikan," kata jubir GHF itu

Sementara itu, militer Israel menyatakan kepada Reuters bahwa mereka sedang meninjau insiden korban massal baru-baru ini.

Mereka menambahkan bahwa mereka telah berupaya meminimalkan gesekan antara warga Palestina dan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dengan memasang pagar dan rambu, serta membuka rute tambahan.

Israel pun berencana membuat sebuah 'kota kemanusiaan' di Gaza selatan. Namun, para pengamat Timur Tengah menilai hal tersebut sebagai upaya untuk makin menggeser keberadaan warga sipil di Gaza.

Profesor kajian Timur Tengah dari Universitas Turin Italia, Lorenzo Kamel, mengutip dari Aljazeera mengatakan proposal tersebut tidak ada hubungannya dengan tujuan kemanusiaan, tetapi lebih merupakan, "kamp pemindahan sebagai persiapan deportasi di selatan Jalur Gaza".

Ia mengatakan tampaknya setiap warga Palestina yang menolak memasuki zona tersebut akan dianggap sebagai target yang sah oleh pasukan Israel.

"Dengan kata lain, mereka yang tersisa kemungkinan besar akan dibunuh," kata dia.

Sementara itu, sepanjang hari ini, Aljazeera berdasarkan informasi sumber medis mengatakan jumlah korban tewas akibat serangan sejak Sabtu subuh tadi ada 98 warga Palestina. Sebanyak 38 di antaranya adalah pengantre bantuan.

(kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER