Sebuah video viral di media sosial usai memperlihatkan pasangan di Pakistan ditembak mati keluarganya karena menikah tanpa restu.
Dalam video itu, sekelompok orang terlihat berada di sebuah gurun, beserta sejumlah truk dan SUV yang terparkir di dekat mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang perempuan kemudian terlihat diberikan Al Quran, kitab suci umat Islam, dan berkata kepada seorang pria yang diduga pasangannya: "Ayo jalan tujuh langkah bersamaku, setelah itu kamu boleh menembakku."
Pria itu lantas mengikuti perintah sang perempuan dan berjalan beberapa langkah.
"Kamu hanya diperbolehkan menembakku. Tidak lebih dari itu," ucap sang perempuan dalam bahasa daerah Brahavi.
Sang pria, yang lagi-lagi mengikuti titah sang perempuan, kemudian mengarahkan pistol kepadanya ketika pasangannya itu berbalik.
Ia pun melepaskan total tiga tembakan ke perempuan tersebut.
Sang perempuan masih berdiri ketika dua tembakan pertama dilepaskan dari jarak dekat. Ia baru tumbang ketika tembakan ketiga dilepas.
Pasca sang perempuan tewas, rekaman video menunjukkan sang laki-laki tergeletak bersimbah darah di dekat tubuh pasangannya. Tak lama kemudian, sejumlah pria menembaki dia dan perempuan tersebut.
Polisi Pakistan telah buka suara mengenai video pembunuhan ini. Polisi menyatakan insiden itu terjadi bulan lalu di Margat, Provinsi Balochistan.
Polisi sejauh ini telah menangkap 11 tersangka, yang mencakup keluarga dan dewan suku setempat.
"Kami telah menangkap belasan orang atas keterlibatan mereka dalam insiden tersebut," kata seorang pejabat polisi kepada AFP.
Ia berujar para tersangka termasuk seorang sepupu sang perempuan dan tetua suku yang memimpin jirga atau dewan suku, selaku pihak yang memerintahkan pembunuhan.
Jirga adalah dewan kesukuan yang beroperasi secara legal di wilayah pedesaan Pakistan. Biasanya, mereka diminta untuk menyelesaikan sengketa lokal.
Di Pakistan, masih banyak masyarakat yang mengadopsi nilai-nilai patriarki di mana perempuan harus patuh pada saudara laki-laki mereka mengenai pilihan pendidikan, pekerjaan, dan dengan siapa mereka boleh menikah.
Nilai-nilai ini termaktub dalam sebuah aturan ketat yang disebut "kehormatan". Ratusan perempuan tewas dibunuh laki-laki setiap tahun akibat melanggar aturan kehormatan ini.
Menurut aktivis hak-hak perempuan, Nighat Dad, jirga terus mengadili secara sepihak meskipun Mahkamah Agung telah mengeluarkan larangan.
"Tak ada yang berubah. Kasus terbaru ini, yang hanya ditindaklanjuti karena videonya viral, kemungkinan besar akan dikubur seperti yang sudah-sudah," ucapnya.
(blq/bac)