Derita Kristen Palestina, Dibom-Diusir Israel hingga Populasi Menyusut

CNN Indonesia
Selasa, 22 Jul 2025 14:56 WIB
Berdirinya negara Israel pada 1948 membuat umat Kristen di Palestina mulai mengalami intimidasi dan pengusiran.
Patriark Latin dan pemimpin Ortodoks ke Gaza. (AFP/Omar Al-Qattaa)

Berdirinya negara Israel pada 1948 membuat umat Kristen di Palestina mulai mengalami intimidasi dan pengusiran.

Catatan sejarah menuliskan, pada tahun 1948 yang sering disebut Nakba (bencana) menyebabkan pengusiran massal dan pelarian sekitar 750.000 orang Palestina dari rumah dan tanah mereka.

Padahal pada tahun 1946, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mensurvei Kristen Palestina mencapai 145.000 atau sekitar 12 persen dari penduduk Arab Palestina.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pendudukan Israel di Palestina pada 1948 menyebabkab konflik berkepanjangan hingga orang Kristen Palestina mengungsi ke Jordania, Lebanon, dan Suriah.

Menurut data Badan Statistik Palestina tahun 2020, populasi umat Kristen turun menjadi 8 persen dan terakhir diperkirakan tinggal 6 persen. Sumber statistik resmi Israel menunjukkan bahwa total emigrasi bersih warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza selama periode antara tahun 1967 dan 1989 mencapai sekitar 300.000, yang berarti 13.000 per tahun.

Pergeseran penduduk Palestina itu hampir sebagian besar karena kekerasan dan invasi Israel. Setelah berdirinya negara Israel, negara zionis itu tidak mengizinkan baik umat Kristen maupun Muslim untuk kembali ke rumah mereka.

Bahkan tercatat pada tahun 1990-an, jumlah emigran Kristen dari Tepi Barat dan Gaza telah meningkat pesat. Meningkatnya emigrasi merupakan respons terhadap diskriminasi dan pelecehan di Israel, pendudukan militer yang brutal di Tepi Barat dan Gaza sejak 1967, blokade Gaza sejak 2007, dan penundaan panjang pembentukan negara Palestina yang layak dan berdaulat di mana warga Palestina, baik Kristen maupun Muslim, dapat merasa betah. Emigrasi ini khususnya terlihat di Betlehem, Yerusalem, dan Ramallah.

Menurut Laporan Kebebasan Beragama Internasional Juli-Desember 2010 dari Departemen Luar Negeri AS, para pemimpin gereja Palestina juga mengutip "kemampuan terbatas komunitas Kristen di wilayah Yerusalem untuk berkembang karena pembatasan bangunan, kesulitan dalam memperoleh visa Israel dan izin tinggal bagi pendeta Kristen, pembatasan reunifikasi keluarga pemerintah Israel, dan masalah perpajakan sebagai alasan meningkatnya emigrasi."

Di Gaza, kekeristenan nyaris punah

Di antara dua juta warga Gaza hanya ada 1000 Kristen di sana. Jumlah yang sangat kecil ini, tak kalah menderita dari warga Gaza lain. Pengeboman oleh Israel terhadap gereja-gereja di Gaza menambah kekhawatiran populasi mereka di Gaza akan punah.

Michael Azar, seorang profesor teologi dan studi agama di AS, mengatakan, "Ketakutan akan terhapusnya [kekristenan di Gaza] sangatlah nyata," katanya dikutip dari situs globalchristianrelief.org.

Dan saat ini, derita keluarga-keluarga Kristen di Gaza menghadapi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya: tidak ada rumah, makanan, atau air bersih. Oleh karena itu, jika situasi ini terus berlanjut, kata Azar, maka agama Kristen bisa punah di Gaza. Fakta yang miris.

Padahal, agama Kristen memiliki sejarah panjang di Gaza lebih dari 1.600 tahun yang lalu. Bahkan selama serangan Israel, gereja Ortodoks dan Latin di Kota Gaza telah menjadi tempat perlindungan bagi mereka yang membutuhkannya. Namun kebrutalan Israel menghancurkan semuanya.

(imf/bac)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER