Sejumlah pakar aviasi ramai-ramai mengkritik militer Bangladesh gegara menggelar latihan terbang di kawasan padat penduduk.
Pakar penerbangan Kazi Wahidul Alam mengatakan ibu kota Dhaka merupakan wilayah padat penduduk sehingga sangat berbahaya jika militer melakukan latihan terbang di atas kawasan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Meskipun ada risiko tersebut, pesawat angkatan udara tetap menggunakan satu-satunya landasan pacu di Bandara Internasional Hazrat Shahjalal," kata Alam, seperti dikutip The Daily Star.
Pada Senin (21/7), pesawat F-7 BGI milik AU Bangladesh jatuh dan menimpa Sekolah dan Perguruan Tinggi Milestone di Uttara. Setidaknya 27 orang tewas dan lebih dari 100 orang luka-luka imbas insiden itu.
Menurut Alam, pihaknya sudah lama meminta militer merelokasi pangkalan udara di dekat Dhaka ke lokasi yang jauh dari permukiman. Permintaan itu juga mempertimbangkan aktivitas militer yang mengganggu operasional penerbangan komersial di bandara Dhaka.
Seorang pilot AU Bangladesh yang juga berasal dari kelompok yang sama mengatakan secara anonim bahwa latihan di area penduduk semacam itu menjadi tantangan tersendiri bagi pilot.
"Meskipun seluruh lapangan seharusnya bersih dari bangunan apa pun yang memiliki satu atau dua lantai, ada banyak bangunan tinggi di jalur penerbangan," ucapnya.
"Akibatnya, kami harus berada di ketinggian dengan sangat cepat dan tetap di ketinggian yang lebih tinggi," lanjutnya.
Pilot veteran lainnya juga mengatakan hal serupa mengenai tantangan kawasan ini.
Sang pilot, yang juga meminta anonim, mengatakan bahwa pilot Angkatan Udara menyadari bahwa mereka mesti menerbangkan pesawat lebih tinggi dibandingkan jalur luncur, imbas lokasi yang berdekatan dengan penduduk. Karenanya, mereka bisa saja melampaui landasan pacu sehingga harus mengurangi daya ketika hendak terbang rendah.
"Setelah itu, pilot juga butuh mengumpulkan kembali daya untuk melakukan pendaratan. Namun, mesin pesawat memiliki keterbatasan. Butuh beberapa detik untuk berputar," ucap dia.
Detik-detik tersebut adalah waktu berharga ketika landasan hanya tinggal beberapa detik jauhnya.
Jet tempur seperti F-7 BGI sendiri terbang dengan kecepatan supersonik, yang dihitung dalam Mach atau kecepatan suara. Tak seperti pesawat komersial, jet jenis ini terbang dan mendarat dengan kecepatan yang lebih tinggi.
Pesawat yang jatuh pada Senin mampu terbang dalam kecepatan Mach 2, yang jauh di atas 2.400kmph.
Bersambung ke halaman berikutnya...