Jakarta, CNN Indonesia --
Perang antara Thailand dan Kamboja yang kembali pecah di wilayah perbatasan memunculkan sorotan tajam terhadap perbedaan kekuatan militer kedua negara.
Ketegangan ini menarik perhatian setelah insiden berdarah di kawasan Candi Ta Muen Thom.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang prajurit Kamboja dilaporkan diserang oleh tentara dan warga Thailand, memicu kemarahan publik serta dianggap sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Kamboja.
Bentrokan lebih lanjut tidak dapat dihindari.
Pada Kamis (24/7), situasi memanas secara dramatis setelah Thailand melancarkan serangan udara ke beberapa target militer Kamboja.
Sebanyak 16 orang tewas dan lebih dari 120.000 warga yang tinggal di perbatasan mengungsi akibat perang Kamboja vs Thailand per hari ini, Jumat (25/7). Korban tewas di Thailand mencapai 14 orang dan satu tentara.
Lebih dari 30 orang terluka dan 15 tentara mengalami luka-luka, seperti dilaporkan Kementerian Dalam Negeri Thailand.
Di saat bersamaan, Kamboja membalas dengan tembakan artileri dan roket, menyebabkan jatuhnya korban sipil dan kerusakan infrastruktur di wilayah perbatasan.
Pertikaian ini bukan baru terjadi. Sengketa perbatasan, terutama di sekitar kawasan Candi Ta Moan Thom, sudah berlangsung selama puluhan tahun, dipicu oleh klaim wilayah serta warisan peta kolonial yang diperdebatkan.
Kawasan ini juga dikenal strategis karena berada dekat wilayah segitiga perbatasan antara Thailand, Kamboja, dan Laos.
Dengan latar belakang ini, publik menyoroti kekuatan militer kedua negara yang kini kembali berhadapan secara terbuka.
Berdasarkan data Global Firepower 2025, Thailand menempati peringkat ke-25 dunia dan ketiga di ASEAN di bawah Indonesia dan Vietnam.
Sementara itu, Kamboja berada jauh di posisi 95 dari 145 negara.
Bersambung ke halaman berikutnya...
Dalam hal kekuatan darat, Thailand unggul secara kuantitas dan kualitas. Negeri Gajah Putih memiliki 635 unit tank utama seperti M60A3 Patton dan T-84 Oplot buatan Ukraina.
Selain itu, mereka mengoperasikan lebih dari 16.900 kendaraan tempur lapis baja (AFV), termasuk kendaraan angkut personel (APC) dan kendaraan tempur infanteri (IFV).
Sebaliknya, meskipun Kamboja memiliki 644 unit tank, sebagian besar merupakan varian tua seperti T-55 dan Type 59, jumlah kendaraan lapis baja mereka jauh lebih sedikit, yakni hanya 3.627 unit.
Thailand juga memiliki 50 artileri swagerak (self-propelled artillery) dan 589 artileri tarik. Kamboja mencatatkan 30 artileri swagerak dan 430 artileri tarik.
Roket: kelebihan tak terduga dari Kamboja
Yang cukup mengejutkan, Kamboja justru unggul dalam sistem roket artileri.
Mereka mengoperasikan 463 peluncur roket multilaras (MLRS) seperti BM-21 Grad dan RM-70 buatan Uni Soviet dan Ceko.
Roket-roket ini mampu meluncurkan peluru 122mm yang cepat dengan jangkauan hingga 20 kilometer, efektif untuk serangan psikologis dan penekanan wilayah luas.
Thailand, meskipun lebih unggul dalam teknologi dan presisi, hanya memiliki 26 unit MLRS.
Kekuatan udara: Thailand unggul mutlak
Thailand mencatatkan kekuatan udara yang jauh lebih maju. Mereka memiliki 72 pesawat tempur, termasuk F-16 buatan AS dan JAS 39 Gripen dari Swedia.
Selain itu, terdapat 20 pesawat serang, 54 pesawat angkut militer, 258 helikopter, dan 7 helikopter serang AH-1 Cobra.
Kamboja nyaris tak memiliki kekuatan udara ofensif. Total armada udaranya hanya berjumlah 25 unit, mayoritas berupa helikopter buatan Soviet tanpa kemampuan tempur udara modern.
Mereka tidak memiliki jet tempur atau pesawat serang khusus.
Ketidakseimbangan ini terlihat jelas dalam serangan udara Thailand pada Kamis (24/7), di mana jet F-16 memasuki wilayah udara Kamboja tanpa perlawanan dan menghancurkan target militer.
Laut: satu armada vs kapal patroli
Di sektor laut, Thailand kembali unggul secara signifikan. Angkatan Laut Thailand memiliki 1 kapal induk helikopter (HTMS Chakri Naruebet), 7 fregat, 6 korvet, 49 kapal patroli, serta 5 kapal perang ranjau.
Thailand juga tengah menanti kedatangan kapal selam S26T buatan Tiongkok.
Sementara itu, Kamboja hanya mengoperasikan sekitar 20 kapal patroli kecil yang difokuskan untuk pengamanan pesisir dan sungai.
Mereka tidak memiliki kapal fregat, korvet, kapal selam, maupun kapal perang ranjau.
Secara keseluruhan, militer Thailand unggul jauh dalam hampir seluruh kategori persenjataan, mulai dari darat, udara, hingga laut.
Meski begitu, Kamboja menunjukkan strategi bertahan melalui penggelaran roket artileri dalam jumlah besar serta penggunaan posisi geografis untuk taktik asimetris.
Namun, dalam perang terbuka yang melibatkan teknologi canggih dan sistem tempur terintegrasi, dominasi Thailand tetap tidak terbantahkan.