Slovenia resmi melarang seluruh perdagangan senjata dengan Israel sebagai bentuk respons atas agresi militer yang terjadi di Jalur Gaza.
Kebijakan ini menjadikan Slovenia sebagai negara Uni Eropa pertama yang menerapkan embargo total terhadap ekspor, impor, dan transit senjata terkait Israel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Slovenia adalah negara Eropa pertama yang melarang impor, ekspor dan transit senjata ke dan dari Israel," demikian pernyataan resmi pemerintah Slovenia, Jumat (1/8).
Dalam pernyataan tersebut, pemerintah Slovenia menyebut setiap negara wajib mengambil tindakan, bahkan bila perlu lebih maju dari yang lain, karena agresi Israel yang menghancurkan dan bantuan kemanusiaan yang ditolak masuk ke Gaza.
Langkah embargo ini diumumkan oleh Perdana Menteri Slovenia Robert Golob dalam sidang pemerintah pada Kamis (31/7).
Slovenia menilai Uni Eropa belum mampu mengambil sikap konkret terhadap Israel karena masih terjadi perpecahan dan perselisihan internal di dalam blok tersebut. Karena itu, kebijakan embargo ini diambil secara independen.
Sikap tegas Slovenia terhadap Israel bukan kali pertama disampaikan. Pada awal Juli, pemerintah negara tersebut melarang masuk dua menteri sayap kanan Israel, Itamar Ben Gvir dan Bezalel Smotrich, serta menyatakan keduanya sebagai "persona non grata."
Pemerintah Slovenia menuding kedua menteri itu menghasut kekerasan ekstrem dan melakukan pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia warga Palestina.
Sebelumnya, pada Juni 2024, Slovenia juga telah secara resmi mengakui negara Palestina melalui penerbitan dekrit pengakuan kenegaraan.
Langkah terbaru Slovenia datang di tengah sorotan internasional terhadap kondisi di Gaza. Sejumlah negara Eropa lain, seperti Inggris dan Prancis, juga dikabarkan tengah bersiap untuk mengikuti langkah pengakuan terhadap Palestina pada September mendatang.
Sederet tekanan tersebut mencerminkan kekhawatiran negara-negara Eropa terhadap situasi kemanusiaan akibat agresi Israel di Palestina.
Dalam laporan yang disampaikan, lebih dari 60 ribu warga Palestina dilaporkan tewas, ratusan ribu rumah dan fasilitas sipil hancur, serta jutaan orang terpaksa mengungsi.
(del/end)