Resesi Seks Buat Populasi Jepang Cetak Rekor Terendah, Jumlah WNA Naik

CNN Indonesia
Kamis, 07 Agu 2025 12:12 WIB
Populasi di Jepang merosot tajam hingga mencetak rekor terendah dengan pengurangan lebih dari 900.000 jiwa pada tahun lalu.
Populasi di Jepang merosot tajam hingga mencetak rekor terendah dengan pengurangan lebih dari 900.000 jiwa pada tahun lalu. (Foto: AFP PHOTO / Martin BUREAU)
Jakarta, CNN Indonesia --

Populasi di Jepang merosot tajam hingga mencetak rekor terendah dengan pengurangan lebih dari 900.000 jiwa pada tahun lalu. Namun, jumlah warga asing di Negeri Sakura naik drastis.

Pada 2024, jumlah orang Jepang turun 908.574, atau 0,75 persen, dari tahun sebelumnya menjadi 120,65 juta jiwa. Ini menjadi penurunan populasi ke-16 tahun yang terjadi secara berturut-turut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kementerian Dalam Negeri Jepang pada Rabu (5/8) menyatakan angka itu merupakan penurunan terbesar sejak survei dimulai pada 1963, demikian dikutip AFP.

Sementara itu, per 1 Januari 2025, populasi Jepang termasuk penduduk asing mencapai 124.330.690, turun sekitar 554.000.

Penurunan populasi sejalan dengan angka kelahiran yang rendah. Jumlah kelahiran di Jepang tahun lalu turun di bawah 700.000 untuk pertama kalinya dalam catatan.

Kelahiran rendah salah satunya karena banyak warga Jepang enggan menikah atau kalaupun sudah menikah tak mau punya anak karena biaya hidup mahal. Fenomena yang kerap disebut "resesi seks" ini juga tak hanya menghantui Jepang, tapi sejumlah negara Asia Timur lainnya seperti Korea Selatan, China, hingga negara Asia Tenggara.

Di tengah populasi yang terus merosot, jumlah warga asing di Negeri Sakura meningkat. Pada Januari, angka itu mencapai rekor sekitar 3.67 juta warga asing atau tiga persen dari populasi Jepang.

Jumlah tersebut naik 10,65 persen atau 355.089 dari tahun sebelumnya.

Berdasarkan prefektur, Pulau Hokkaido mengalami peningkatan penduduk asing terbesar yakni 19,57 persen, demikian dikutip Japan Today.

Angka-angka terbaru itu muncul saat pemerintah berupaya keras menaikkan angka kelahiran yang sangat rendah. Di sisi lain, rasa frustrasi atas inflasi di kalangan warga Jepang mendorong munculnya partai oposisi baru dengan slogan "Japanese First".

Partai anti-imigran itu secara keliru mengklaim orang asing menikmati lebih banyak tunjangan kesejahteraan daripada warga negara Jepang.

Warga negara asing padahal membantu mengatasi kekurangan tenaga kerja karena populasi yang menua, dan umumnya memiliki pekerjaan di sektor manufaktur, perhotelan, dan ritel.

Populasi lanjut usia di Jepang yang berumur 65 tahun ke atas telah mencapai 30 persen dan kelompok produktif 15-64 sebanyak 60 persen.

(isa/rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER