Alasan Netanyahu Ngotot Caplok Gaza Meski Ditentang Militer-Oposisi

CNN Indonesia
Kamis, 07 Agu 2025 09:45 WIB
PM Israel Benjamin Netanyahu berencana mengontrol secara penuh Jalur Gaza, Palestina, meski militer hingga oposisi pemerintah menolak rencana tersebut.
PM Israel Benjamin Netanyahu berencana mengontrol secara penuh Jalur Gaza, Palestina, meski militer hingga oposisi pemerintah menolak rencana tersebut. (Foto: REUTERS/Eduardo Munoz)
Jakarta, CNN Indonesia --

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berencana menaklukkan secara penuh Jalur Gaza, Palestina, melalui operasi baru meski militer hingga oposisi pemerintah menolak rencana tersebut.

Netanyahu dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel Eyal Zamir saat rapat membahas operasi skala penuh di Gaza.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Zamir berpendapat rencana itu bisa membuat pasukan Israel terjebak jika diteruskan. Sementara itu, pihak oposisi seperti eks Mantan PM Yair Lapid, keluarga warga Israel yang menjadi sandera Hamas, hingga komunitas internasional juga menentang gagasan Netanyahu itu.

Tak cuma Kepala Staf Angkatan Bersenjata, banyak personel militer dan anggota intelijen juga menolak rencana Netanyahu ini dan mendesak segera akhiri agresi ke Jalur Gaza.

Pada Selasa, lebih dari 600 mantan militer menandatangani surat yang meminta Presiden Amerika Serikat Donald Trump menggunakan pengaruhnya untuk mengakhiri perang di Gaza.

"Menurut penilaian profesional kami, Hamas tak lagi menjadi ancaman strategis bagi Israel," ujar kelompok Komandan Keamanan Israel (CIS) di X, yang juga mengunggah suratnya.

CIS merupakan organisasi terdiri dari para mantan jenderal militer terbesar di Israel dan setara dengan Mossad, Shin Bet, Kepolisian, dan Korps Diplomatik.

Di luar soal penolakan itu, kondisi militer Israel juga memgkhawatirnya. Banyak personel yang dikirim ke Gaza mengalami gangguan mental seperti post traumatic syndrom disorder (PTSD).

Lalu, kenapa Netanyahu tetap ngotot melancarkan rencana yang dapat semakin memudarkan peluang mengakhiri agresi brutal Israel di Jalur Gaza yang kini telah menewaskan lebih dari 60 ribu warga Palestina?

Sejumlah pejabat Israel yang membela rencana Netanyahu mengeklaim rencana operasi skala penuh di Gaza ini demi membawa pulang sandera dengan aman.

"Operasi itu mencerminkan keinginan melihat semua sandera kembali, dan keinginan untuk melihat perang ini berakhir setelah kesepakatan parsial tak berhasil," kata Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Sa'ar, pada Selasa.

Namun, para pakar punya pendapat berbeda. Pengamat politik di King's College London sekaligus mantan pejabat Israel Ahron Bregman mengatakan Netanyahu hanya ingin menuntaskan ambisinya dengan ngotot melancarkan operasi skala penuh di Gaza.

Menurut Bregman, salah satu alasan Netanyahu terus ingin melanjutkan perang adalah demi mengulur waktu di tengah dirinya ditekan di dalam negeri. Pertama, soal dakwaan terhadap dugaan korupsi.

Kedua, pihak oposisi yang semakin vokal mengkritik pemerintahannya hingga memintanya turun jabatan.

"Netanyahu ingin perang berlanjut," kata Bregman, dikutip Al Jazeera, Rabu (6/8).

"Dia butuh waktu. Dia butuh waktu untuk menjaga koalisinya dan butuh waktu untuk memperpanjang sidang korupsi," tambahnya.

Netanyahu memang sedang menghadapi sejumlah dakwaan kasus korupsi di pengadilan. Beberapa pekan lalu, dia seharusnya hadir di pengadilan untuk memberi kesaksian, tetapi dibatalkan karena kondisi kesehatannya.

Dia menghadapi tiga kasus korupsi terpisah yang diajukan pada 2019: Kasus 1000, Kasus 2000, dan Kasus 4000, yang mencakup dugaan penyuapan, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan.

Sejak Israel melancarkan agresi ke Gaza, Netanyahu panen kritik dan pemerintahan dia di ujung tanduk. Beberapa pengamat juga sempat menganggap dia enggan gencatan senjata agar tak kehilangan dukungan dari kelompok sayap kanan di kabinetnya.

Pertahankan loyalis pendukung

Meski ada muatan pragmatis dalam pencaplokan total Gaza, sejauh ini belum ada alasan jelas yang bisa menjabarkan keinginan Netanyahu.

Namun, beberapa pengamat menggambarkan motif Netanyahu kali ini juga tak jauh dari politik.

"Netanyahu telah membuktikan di masa lalu bahwa ia tak peduli dengan opini publik atau protes massa, selama basis sayap kanannya senang," ungkap analis politik Israel Nimrod Flaschenberg.

Agresi brutal di Gaza dan serangan berulang kali ke Iran adalah tanda Netanyahu menjaga dukungan sayap kanannya. Flashchenberg menilai langkah-langkah tersebut jadi cara Netanyahu memperpanjang kekuasaan.

"Dia hanya perlu menjaga basis pendukungnya tetap di pihak dia dan memikirkan pemilu nanti. Strategi ini telah dijalankan selama hampir dua tahun terakhir," kata pengamat itu.

Dalam jajak pendapat yang dirilis pada Mei, warga Israel juga meyakini Netanyahu tampak lebih ingin terus duduk di kursi PM daripada berambisi memenangkan perang.

Profesor dari Chatham House Yossi Mekelberg bahkan menyebut Netanyahu terputus dari kenyataan.

"Ini gila. Manusia yang setengah baik, bukan, manusia yang seperempat baik, pasti sudah lama mengundurkan diri, tetapi semua yang terjadi dengan Netanyahu adalah tentang kelangsungan politiknya."

(isa/rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER