Hasibullah pada kesempatan itu juga memberi solusi bahwa Indonesia bisa memberikan bantuan kepada Gaza melalui negara-negara di Timur Tengah.
Ia berujar memberikan bantuan pengobatan melalui negara Timur Tengah seperti Yordania lebih efisien dan efektif ketimbang harus membawa jauh-jauh warga Gaza ke Indonesia.
"Kenapa enggak dibikin satu tempat yang lebih dekat dari Gaza? Itu jauh lebih efektif, jauh lebih efisien, jauh lebih realistis daripada ribuan orang dipindah dari Gaza ke sini, apalagi dalam keadaan luka," kata Hasibullah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senada, aktivis kemanusiaan Muhammad Husein juga mengusulkan bahwa daripada memikirkan evakuasi, lebih baik pemerintah RI fokus mengatasi krisis kelaparan di Gaza.
Saat ini, sekitar 20 ribu kontainer bantuan kemanusiaan diblokade Israel. Negeri Zionis hanya mengizinkan 40-50 kontainer masuk ke Gaza, dari yang seharusnya minimal 2.000 kontainer per hari. Jumlah ini jelas jauh dari cukup untuk bisa mengatasi krisis kelaparan yang dialami 2,1 juta warga Gaza.
Menurut Husein, pemerintah mestinya fokus mendorong agar Israel membuka sepenuhnya perbatasan dan mengizinkan bantuan-bantuan kemanusiaan masuk hingga betul-betul mencapai warga Gaza.
"Ini lebih urgent dibahas. Bagaimana kita membuka perbatasan, lalu kita memasukkan barang-barang bantuan," ujar dia.
Agresi Israel di Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 61.700 orang, dengan mayoritas perempuan dan anak-anak.
Selain diserang dengan brutal, warga Gaza saat ini juga dilanda krisis kelaparan hingga sebagian besar orang meninggal akibat malnutrisi.
Israel sudah membuka blokade untuk pengiriman bantuan usai didesak oleh masyarakat internasional. Meski begitu, bantuan-bantuan tersebut masih dibatasi dan tak cukup mengatasi krisis kelaparan Gaza.
(blq/rds)