Hamas dikabarkan telah menyetujui proposal baru dari para mediator untuk gencatan senjata di Gaza, Palestina, Senin (18/8).
"Hamas telah menyampaikan tanggapannya kepada para mediator, mengonfirmasi bahwa Hamas dan faksi-faksi menyetujui proposal gencatan senjata baru tanpa meminta amandemen apa pun," kata sumber Hamas yang meminta identitasnya dirahasiakan, dilansir AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebuah sumber Palestina yang mengetahui negosiasi tersebut mengatakan bahwa para mediator "diharapkan untuk mengumumkan bahwa kesepakatan telah dicapai dan menetapkan tanggal untuk dimulainya kembali perundingan."
Sumber tersebut menambahkan bahwa "para mediator memberikan jaminan kepada Hamas dan faksi-faksi untuk implementasi perjanjian, beserta komitmen untuk melanjutkan perundingan guna mencari solusi permanen."
Belum ada tanggapan langsung dari pihak pemerintah Israel terkait perkembangan ini.
Upaya mediator Mesir dan Qatar, bersama dengan Amerika Serikat, sejauh ini gagal mengamankan gencatan senjata antara Hamas dan Israel.
Perang yang berlangsung hampir dua tahun ini telah menciptakan krisis kemanusiaan yang mengerikan di Jalur Gaza.
Seorang pejabat Palestina sebelumnya menyampaikan bahwa para mediator telah mengusulkan gencatan senjata awal selama 60 hari dan pembebasan sandera dalam dua tahap.
Israel terus menggempur Gaza, Palestina. Sudah 62 ribu orang tewas di Gaza gara-gara serangan Israel sejak 2023 hingga Jumat (15/8).
Israel sempat memaksa warga Palestina direlokasi ke sisi selatan Gaza. Ide itu disampaikan karena Israel akan menjadikan Gaza medan perang.
Gagasan itu ditolak Hamas. Mereka menilai relokasi sebagai "penipuan terang-terangan" untuk "Menutupi kejahatan brutal yang akan dilakukan pasukan penjajah."
Di tengah agresivitas menyerang Gaza, pemerintah Israel menghadapi gejolak di dalam negeri. Ribuan warga Israel berdemonstrasi menuntut perang dihentikan.
Para demonstran memblokade jalan antara Yerusalem dan Tel Aviv pada Minggu (18/8). Mereka juga menuntut pembebasan para sandera.
"Hari ini, semua berhenti untuk mengingat nilai paling tinggi: kesucian hidup," kata Anat Angrest, ibu dari sandera bernama Matan Angrest, dilansir Reuters.
(fra/afp/fra)