Korea Selatan menembakkan tembakan peringatan terhadap sejumlah militer Korea Utara yang sempat melintasi perbatasan demiliterisasi (DMZ) awal pekan ini. Insiden itu diumumkan militer Seoul pada Sabtu (23/8), tak lama setelah Pyongyang menuduh tetangganya memicu ketegangan yang bisa berujung 'tak terkendali'.
Kepala Staf Gabungan Korsel dalam pernyataannya menjelaskan, beberapa tentara Korea Utara menyeberang ke wilayah Selatan pada Selasa (19/8) saat sedang bekerja di zona perbatasan yang dipenuhi ranjau darat.
"Militer kami menembakkan tembakan peringatan. Setelah itu, para tentara Korea Utara kembali bergerak ke utara," bunyi pernyataan tersebut, melansir AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, media resmi Korut menyebut insiden itu sebagai provokasi yang disengaja. Letnan Jenderal Ko Jong Chol bahkan menuduh militer Seoul menggunakan senapan mesin untuk menembakkan lebih dari 10 peluru peringatan.
"Ini adalah pendahuluan serius yang tak terhindarkan akan mendorong situasi di perbatasan selatan menuju fase tak terkendali," kata Ko, dikutip Korean Central News Agency (KCNA).
KCNA mengklaim tentara Korut saat itu sedang mengerjakan proyek untuk menutup permanen garis perbatasan yang membelah Semenanjung Korea. Pyongyang sebelumnya, pada Oktober lalu, telah mengumumkan rencana menutup total perbatasan selatan dengan menghancurkan jalur kereta dan jalan raya yang menghubungkan Korut dengan Korsel.
Ko juga memperingatkan akan ada balasan jika proyek penutupan tersebut dihalangi.
"Jika tindakan menghalangi proyek yang tidak terkait militer terus berlangsung, tentara kami akan menganggapnya sebagai provokasi militer yang disengaja dan mengambil langkah balasan," ujarnya.
Ketegangan di perbatasan kedua negara bukan kali ini saja terjadi. Pada awal April lalu, militer Korsel juga sempat melepaskan tembakan peringatan setelah sekitar 10 tentara Korut melintasi garis perbatasan.
![]() |
Presiden baru Korsel, Lee Jae Myung, sebelumnya berjanji membangun 'kepercayaan militer' dan membuka dialog tanpa prasyarat dengan Pyongyang.
"Pemerintah akan mengambil langkah konsisten untuk benar-benar mengurangi ketegangan dan memulihkan kepercayaan," kata Lee pekan lalu.
Meski begitu, hubungan kedua Korea tetap terhimpit oleh latihan gabungan militer antara Korsel dan Amerika Serikat yang dimulai Senin lalu. Latihan tahunan itu, disebut Lee, bersifat defensif dan tidak dimaksudkan untuk meningkatkan ketegangan.
Pyongyang menilai latihan gabungan tersebut sebagai simulasi invasi. Pemimpin Korut Kim Jong Un bahkan menyerukan percepatan pengembangan senjata nuklir dengan alasan manuver militer itu bisa memicu perang.
(tis/asr)