OKI Tuntut Israel Tanggung Jawab atas Genosida-Bencana Kelaparan Gaza
Organisasi Kerja sama Islam (OKI) mendesak Israel bertanggung jawab secara penuh atas tindakan genosida dan tindakan lain yang memicu bencana kelaparan di Jalur Gaza, Palestina.
Desakan itu tertuang dalam resolusi hasil Pertemuan Luar Biasa Menteri Luar Negeri OKI di Jeddah, Arab Saudi, pada Senin (25/8).
"Menyatakan Israel, sebagai kekuatan pendudukan, bertanggung jawab penuh atas tindakan genosida, bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan kelaparan yang melanda Jalur Gaza," demikian pernyataan OKI dalam deklarasi itu.
OKI juga mengutuk keras serangan yang disengaja terhadap infrastruktur sipil termasuk penghancuran rantai pasokan makanan, fasilitas air, dan layanan medis di Gaza. Tindakan-tindakan ini menurut mereka berkontribusi langsung terhadap wabah kelaparan dan bencana kemanusiaan di wilayah itu.
Organisasi yang berisi negara mayoritas Muslim itu juga meminta Israel menghentikan seluruh operasi militer dan pengepungan secara penuh tanpa syarat. Dengan demikian, bantuan kemanusiaan bisa lebih mudah masuk Gaza.
Tak cuma itu, OKI juga menuntut Israel membuka seluruh penyeberangan dan segera mengizinkan bantuan kemanusiaan tanpa hambatan serta tanpa syarat ke Jalur Gaza.
"Termasuk makanan, obat-obatan, dan bahan bakar yang cukup, dan memastikan badan-badan bantuan dan organisasi kemanusiaan internasional, khususnya UNRWA, bisa beroperasi dengan bebas," lanjut OKI.
Sebelum resolusi OKI muncul, laporan pemantau kelaparan terkemuka yang didukung PBB Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (Integrated Food Security Phase Classification / IPC) mencatat 500 ribu warga di Gaza mengalami kelaparan di tengah serangan brutal Israel.
"Per 15 Agustus 2025. wilayah pemerintahan Gaza telah terkonfirmasi alami bencana kelaparan (IPC Fase 5) dengan bukti yang memadai," demikian laporan tersebut di situs resmi.
Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pejabat sayap kanan lain berulang kali membantah menyebabkan bencana kelaparan di Gaza. Mereka justru menyalahkan Hamas dan badan-badan kemanusiaan seperti UNRWA.
Di deklarasi tersebut, OKI juga mengecam keras operasi organisasi yang mendukung pendudukan termasuk Gaza Humanitarian Foundation (Yayasan Kemanusiaan Gaza/GHF). Sistem ini buatan Israel yang didukung Amerika Serikat dan diklaim menyalurkan bantuan kemanusiaan, padahal kenyataannya tak demikian.
OKI menganggap GHF adalah alat Israel yang memicu bencana kelaparan dan genosida.
"Resolusi ini mengutuk keras penggunaan organisasi yang berfungsi sebagai instrumen pendudukan, termasuk kegiatan yang disebut Yayasan Kemanusiaan Gaza, untuk membatasi atau memanipulasi bantuan kemanusiaan, memandangnya sebagai jebakan dan alat kriminal Israel melanggengkan kelaparan dan genosida terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza," lanjut OKI.
Sejak agresi pada Oktober 2023, Israel membatasi secara ketat bantuan yang masuk ke Gaza. Mereka bahkan sempat memblokir bantuan yang masuk pada Maret dan baru dibuka secara sangat terbatas pada Mei.
Di waktu normal, truk bantuan kemanusiaan yang masuk 600 unit per hari. Namun, sejak agresi truk yang masuk ke Gaza bisa dihitung jari.
(isa/dna)