Warga Australia Cemas Keluarganya di Iran Jadi Target IRGC

CNN Indonesia
Rabu, 27 Agu 2025 19:36 WIB
Situasi kantor Kedutaan Besar Iran di Australia. Foto: AFP/HILARY WARDHAUGH
Jakarta, CNN Indonesia --

Warga Australia mengaku khawatir kerabat mereka di Iran jadi sasaran kekerasan, setelah intelijen Australia baru-baru ini menuduh Iran dalang di balik dua serangan antisemitisme tahun lalu. 

Sam (34), seorang pebisnis Australia yang tinggal di Australia Barat, mengaku cemas mengenai nasib ibu dan enam saudara kandungnya yang kini berada di Iran. Keluarganya telah tinggal di Iran setelah melarikan diri dari Afghanistan.

"Saya sangat khawatir sekarang. [Korps Garda Revolusi Islam Iran/IRGC] bisa dengan mudah menargetkan orang-orang yang punya koneksi dengan Australia. Mereka tahu di mana keluarga kami tinggal, mereka tahu kapan kami mengunjungi mereka," ucap Sam, yang mengubah namanya demi melindungi identitas keluarga, seperti dikutip The Guardian.

Sam sempat memberikan informasi terkait keluarganya, termasuk alamat mereka, kepada polisi di Iran karena ia berada di negara itu ketika Israel membombardir Teheran, Juni lalu.

Ia kini sangat khawatir keluarganya terancam bahaya karena cekcok pemerintah Australia dan Iran baru-baru ini.

"Mereka hidup dalam situasi yang sangat menakutkan," ucapnya.

Australia dan Iran tegang setelah pemerintah Australia mengusir duta besar Iran dan para diplomat Iran dari Negeri Kanguru, Selasa (26/8).

Pengusiran itu dilakukan setelah Australia mendapatkan informasi intelijen bahwa rezim Iran mendalangi operasi antisemit di Australia, yakni dalam serangan di Sinagoge Adass Israel di Melbourne dan Lewis' Continental Kitchen di Sydney.

"ASIO (Organisasi Keamanan dan Intelijen Australia) menilai kemungkinan Iran juga mengarahkan serangan lebih lanjut. Ini adalah tindakan agresi yang luar biasa dan berbahaya yang didalangi oleh negara asing di wilayah Australia," kata Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dalam keterangan yang dipublikasi Kementerian Luar Negeri Australia.

Albanese mengatakan tindakan pemerintah Iran ini ditujukan untuk merusak kohesi sosial dan menimbulkan perpecahan di antara warga Australia.

Albanese pun memutuskan untuk mengusir Duta Besar Iran untuk Australia, Ahmad Sadeghi, dan tiga diplomat Iran, serta menutup operasional kantor Kedutaan Besar Australia di Teheran.

Menurut Direktur Jenderal ASIO Mike Burgess, tak ada diplomat Iran di Australia yang terlibat dalam operasi antisemitisme tersebut. Ia berujar operasi itu dijalankan langsung oleh IRGC melalui perwakilan di luar negeri, fasilitator, hingga koordinator yang bertugas mengarahkan warga Australia.

Seiring dengan itu, Australia memutuskan akan menetapkan IRGC sebagai organisasi teroris.

Agen migrasi yang berkantor di Sydney, Mohammad Reza Azimi, memperingatkan bahwa kasus pengusiran dubes ini berisiko membuat ribuan warga Australia terputus dari keluarga mereka di Iran.

"Semua orang (Australia keturunan Iran), saat ini sangat bahagia (karena keputusan pemerintah Australia). Tapi mereka akan menyuarakan masalah-masalah ini nanti: ayah saya tidak bisa datang, saya tidak bisa membawa pasangan saya (ke Australia)," kata Azimi.

"Mereka punya orang tua, punya saudara laki-laki, dan punya saudara perempuan di Iran. Kalau tidak ada kedutaan, bagaimana mereka bisa mengurus paspor?" ujarnya.

Lebih dari 90 ribu penduduk Australia lahir di Iran. Satu dari tujuh di antaranya tiba dalam lima tahun terakhir melalui program migrasi permanen yang berfokus pada keterampilan.

Banyak migran yang berharap mengadu nasib akan dicegah masuk ke Australia buntut ditetapkannya IRGC sebagai organisasi teroris.

Pria di Iran diwajibkan bertugas di militer. Penetapan IRGC sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat telah membuat para pria yang pernah mengikuti wajib militer (wamil) di IRGC tak memenuhi syarat untuk mendapatkan visa imigran AS.

Azimi sendiri pernah mengikuti wamil di IRGC tiga dekade lalu. Ia pindah ke Australia 10 tahun kemudian.

(blq/dna)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK