Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia mengirim nota diplomatik ke Timor Leste usai salah satu warga Nusa Tenggara Timur (NTT) tertembak saat berselisih soal perbatasan atau patok dengan pasukan negara tersebut.
Direktur Pelindungan WNI Kemlu RI Judha Nugraha mengatakan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Dili telah menyampaikan nota diplomatik tersebut.
"KBRI Dili juga menyampaikan nota diplomatik ke pemerintah Timor Leste di mana telah disetujui agar proses survei di 12 lokasi rawan dapat ditunda terlebih dahulu guna mencegah eskalasi ketegangan di perbatasan Indonesia dan Oecusse," kata Judha dalam rilis resmi, Rabu (27/8) malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, KBRI Dili meminta pihak Timor Leste melakukan penyelidikan atas insiden ini dan bersama-sama melakukan evaluasi agar tidak terjadi kejadian serupa di masa depan.
Judha juga menerangkan Duta Besar RI untuk Dili, Okto Dorinus Manik, telah menyampaikan "concern" kepada Wakil Perdana Menteri Timor Leste Mariano Assanami Sabino.
"Keduanya sepakat untuk menunda kegiatan survei bersama, meminta masing-masing warga untuk saling menahan diri, dan mendorong pengelolaan media kedua negara dengan baik terhadap kejadian ini agar tidak dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak berkepentingan," ungkap dia.
Perwakilan KBRI Dili di Oecusse, kata Judha, juga sudah meninjau lokasi kejadian, bertemu, serta berkoordinasi langsung dengan seluruh pihak terkait.
Melalui Atase Kepolisian dan Atase Pertahanan, KBRI Dili akan terus berkoordinasi secara erat dengan Pamtas dan Polda NTT dalam rangka penyelidikan.
Kronologi versi Kemlu
Judha menerangkan kronologi kejadian yang menimpa warga NTT itu.
Pada 25 Agustus 2025 sekitar pukul 09.00 pagi WITA, 24 warga Dusun Nino, Desa Inbate, TTU, Nusa Tenggara Timur melaksanakan kegiatan gotong royong membuka lahan untuk persiapan menanam jagung di sekitar patok Provinsi 36.
Pada saat kegiatan berlangsung, Tim survei perbatasan dari Timor Leste melakukan kunjungan ke wilayah perbatasan desa Inbate.
Tim Timor Leste terdiri dari dua pejabat dinas pertanahan dan lima pengawal bersenjata lengkap dari polisi perbatasan (UPF). Pada prinsipnya kegiatan survei berada dalam payung kegiatan survei gabungan antara Timor Leste dan Indonesia (Joint Field Survey).
"Namun, pada tanggal tersebut tim survei Timor Leste bergerak lebih awal tanpa tim survei Indonesia," ujar Judha.
Berdasarkan informasi dari para pihak terkait dan kunjungan langsung ke lapangan oleh tim KBRI Dili, ditemukan fakta bahwa insiden ini terjadi karena ada miskomunikasi dan kesalahpahaman antara Tim Pembangunan patok Timor Leste dengan masyarakat Indonesia di wilayah Inbate, TTU.
Tim Survey Tiles tiba di lokasi tanpa didampingi tim dari Indonesia, sedangkan masyarakat setempat masih menolak pembangunan patok batas tersebut sehingga terjadi ketegangan yang memicu terjadi insiden tersebut.
Sebelumnya, warga Desa Inbate Kecamatan Bikomi Nilulat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) Paulus Oki tertembak saat bentrok dengan aparat Timor Leste ketika mempertahankan batas negara yang diduga digeser pihak Timor Leste.
Menurut Kapolres TTU, AKBP Eliana Papote, dari hasil pemeriksaan terhadap warga yang terlibat bentrok, penyebab penembakan yakni tindakan aparat Timor Leste yang akan membangun pilar (patok) batas negara yang diduga masuk ke dalam wilayah Indonesia.
"Penyebabnya: adanya tindakan dari aparat Timor Leste yang ingin membangun pilar batas negara yang diduga masuk dalam wilayah RI," ujar Eliana.
(ada/fea)