Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un meninjau jalur produksi rudal terbaru serta proses otomatisasi manufaktur rudal negara.
Kantor berita Korut, KCNA, melaporkan kunjungan Kim ke fasilitas produksi rudal pada 31 Agustus itu dilakukan menjelang rencananya menghadiri parade militer di Beijing bersama Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL Media Asing Soroti Demo RI sampai PM Houthi Tewas Dibom Israel |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Korea Utara sendiri masih berada di bawah sanksi internasional yang ketat terkait program senjata nuklir dan rudal balistik yang dikembangkan lantaran dicap melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.
Namun, menurut para pakar dan pejabat internasional, efektivitas sanksi tersebut semakin berkurang seiring meningkatnya dukungan ekonomi, militer, dan politik dari Rusia dan China.
Dikutip Reuters, dalam kunjungan ini Kim Jong Un menyatakan proses produksi yang telah dimodernisasi akan membantu meningkatkan kesiapan tempur unit-unit rudal utama.
Terlepas dari sanksi dan krisis ekonomi, Korea Utara telah mengirimkan pasukan, amunisi artileri, dan rudal ke Rusia untuk mendukung Moskow dalam perang melawan Ukraina.
Kim Jong Un bahkan menganggap para tentara Korut yang berperang di Ukraina membantu Rusia sebagai pahlawan.
Lihat Juga : |
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengkritik kerja sama Amerika Serikat dengan Jepang dan Korea Selatan, khususnya terkait pernyataan bersama trilateral terbaru yang menyoroti ancaman keamanan siber dari Pyongyang.
Kemlu Korea Utara menuturkan "dengan tegas mengecam dan menolak" Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan karena menjadikan ruang siber sebagai "arena konfrontasi geopolitik dan propaganda bermusuhan."
"Semakin Amerika Serikat bersikeras dengan tindakan bermusuhan yang kuno dan jahat terhadap DPRK melalui kolaborasi yang diperkuat dengan negara-negara satelitnya, maka semakin menumpuk pula ketidakpercayaan dan permusuhan antara DPRK dan AS," tambah juru bicara Kemlu Korea Utara.
(rds)