Babes blak-blakan mengatakan proyek pengerukan menjadi sebab hilangnya ratusan miliar peso uang negara. Pengerukan, atau penggalian lumpur dari dasar sungai, sejak lama memang menjadi magnet korupsi di Filipina.
Kontraktor dapat mengklaim telah memindahkan berton-ton tanah. Namun ketika hujan turun kembali, hanya sedikit sungai yang benar-benar sudah dikeruk.
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL Eks Presiden Filipina Duterte jadi Buronan hingga Argentina Banjir |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kebanyakan, mereka yang ingin mendapat keuntungan menjadwalkan pengerukan saat hujan karena hampir tidak mungkin untuk memeriksanya kembali," kata eks Komisioner Audit (COA) Heidi Mendoza.
Sejumlah warga Filipina juga bersaksi bahwa banyak proyek pengendalian banjir bahkan tidak bisa dirasakan dampaknya sama sekali meskipun diklaim telah rampung.
Salah seorang warga mengatakan kepada Inquirer seperti yang dirilis pada 5 September 2025, bahwa proyek di wilayahnya saat ini sudah rusak, padahal baru saja selesai dibangun.
"Sebuah proyek bisa ada di kertas, dinyatakan selesai dan semua orang di birokrasi bersenang-senang. Sedangkan Hagonoy tetap berada di situasi darurat dan berusaha keras untuk tetap mengapung," ucapnya.
Di Ilagan, Provinsi Isabela, retakan pada stasiun pompa juga dilaporkan terjadi. Foto-foto yang beredar di media sosial menunjukkan ada retakan pada struktur mitigasi banjir di Alinguigan 2nd.
Padahal, Isabela merupakan provinsi ketiga yang paling ditargetkan untuk pengendalian banjir. Ada 341 proyek penanganan banjir di sana sejak Juli 2022.
"Saya secara pribadi belum mengunjungi unit pengendalian banjir ini, tapi banyak yang mengatakan bahwa unit itu sudah retak. Bahkan ada yang sudah runtuh sepenuhnya, seperti proyek Calamagui," ucap warga di Isabela.
Presiden Bongbong telah menegaskan akan menindak keras siapa pun yang terbukti melakukan "sabotase ekonomi" ini. Bongbong juga sudah membentuk badan independen yang diberikan wewenang kuat untuk menyelidiki kasus ini.
(blq/end)