Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mengecam serangan Israel ke Ibu Kota Qatar Doha dan menyerukan deeskalasi sesegera mungkin.
Kecaman itu tertuang dalam pernyataan resmi yang disusun Inggris-Prancis dan disetujui 15 negara anggota termasuk sekutu dekat Israel, Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anggota dewan menggarisbawahi pentingnya deeskalasi dan menyatakan solidaritas mereka dengan Qatar," demikian pernyataan DK PBB, dikutip Al Jazeera, Rabu (11/9).
Namun, pernyataan itu tak secara eksplisit menyebut Israel. Sejumlah sumber diplomatik mengatakan AS menolak bahasa yang lebih keras untuk Negeri Zionis dalam rilis tersebut.
Dalam pernyataan ini, DK PBB juga meminta Hamas membebaskan para sandera termasuk mereka yang tewas dan mengakhiri penderitaan di Gaza. Sejauh ini, lebih dari 40 sandera yang masih ditahan, tetapi hanya 20 di antaranya yang diyakini masih hidup.
Israel menggempur Doha dengan dalih menargetkan para pemimpin Hamas. Menurut laporan lima anggota kelompok ini tewas, tetapi Hamas mengeklaim para pemimpinnya selamat.
Serangan tersebut juga menewaskan anggota pasukan keamanan Qatar. Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani mengatakan pemerintah tak akan menoleransi pelanggaran lebih lanjut terhadap keamanan dan kedaulatan negara ini.
Jassim Al Thani terbang dari Doha untuk menghadiri sesi maraton di DK PBB. Dalam kesempatan tersebut, dia menegaskan Qatar akan tetap melanjutkan sebagai mediator Hamas-Israel.
Namun, dia menegaskan serangan Israel ke Qatar adalah upaya pemerintahan Benjamin Netanyahu untuk menggagalkan negosiasi.
"Israel sedang menggerogoti stabilitas kawasan dengan gegabah," kata Al Thani.
Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Politik Rosemary DiCarlo juga menyatakan keprihatinan atas kecerobohan Israel.
"Serangan ini merupakan eskalasi yang mengkhawatirkan," kata DiCarlo.
Israel menggempur Qatar saat agresi di Jalur Gaza masih berlangsung. Imbas serangan membabi-buta itu, lebih dari 62.000 warga di Palestina tewas dan jutaan orang terpaksa menjadi pengungsi.
(isa/bac)