Nepo Baby yang Bikin Gen Z Nepal Marah, Pernah Disebut saat Pilpres RI
Demonstrasi Gen Z di Nepal mampu menggulingkan perdana menteri Sharma Oli dari jabatannya.
Mereka marah pada pemerintah dan pejabat yang dinilai korup.
Salah satu isu atau tagar yang mencuat dalam aksi ini adalah sebutan nepo baby atau nepo kids bagi anak-anak pejabat yang hidup dalam kemewahan di tengah kemiskinan warga.
Nepo Baby menggambarkan anak-anak pejabat yang tiba-tiba hidup penuh kemewahan setelah orang tua mereka masuk ke pemerintahan atau panggung politik.
Ungkapan Nepo Baby merupakan kependekan dari nepotism baby atau bayi nepotisme. Awalnya sebutan bagi anak-anak artis Hollywood yang mendapatkan akses karena posisi kedua orang tuanya.
Ungkapan itu kemudian juga muncul di Bollywood dan kemudian merambah ke ranah politik Asia Selatan, termasuk Nepal.
Pernah disematkan ke Gibran
Ternyata media asing pernah menyematkan sebutan tersebut ke Gibran Rakabuming Raka saat dia ikut kontestasi Pemilu 2024 silam. Al Jazeera, misalnya, menyoroti pengalaman politik Gibran yang cuma dua tahun menjabat Wali Kota Solo.
Media Qatar itu menggarisbawahi pencalonan Gibran yang disebut difasilitasi oleh keputusan kontroversial Mahkamah Konstitusi pada Oktober, kala melonggarkan syarat usia minimum calon presiden dan wakil presiden.
Selama kampanye Gibran dituding kurang berpengalaman dan nepotisme, lantaran "mendominasi panggung meski menghadapi kandidat yang lebih berpengalaman."
Gibran disebut "menunggangi jas ayahnya" untuk membangun politik dinasti, yang selama ini mengacaukan politik Indonesia. Dan memang sosok Gibran kala itu menimbulkan kontroversi. Apalagi sang ayah pernah berujar anaknya tidak tertarik terjun ke politik.
Dalam laman Psychology Today digambarkan istilah 'Nepo Baby' adalah kebiasaan nepotisme dengan kehidupan anak simpanse.
"Bagi simpanse jantan, ada keuntungan jika induknya berperingkat tinggi," tulis mereka.
Manfaatnya antara lain mendapatkan lebih banyak perawatan, memiliki akses terhadap makanan berkualitas, dan memenangkan perkelahian melawan teman sebaya.
Yang bisa dipelajari dari hal ini adalah bahwa sebagian besar individu akan selalu melihat bahwa pihak yang mempunyai sumber daya atau kekuatan-lah yang berkuasa.
"Memanfaatkan status orang lain adalah hal yang diperjuangkan oleh mereka yang berpangkat lebih rendah, baik itu Anda atau simpanse," tulis laman situs psikologi itu.
(imf/bac)