Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menyatakan bahwa pengakuan Prancis terhadap negara Palestina akan tetap dilakukan. Namun, pembukaan kedutaan besar hanya akan dilakukan setelah Hamas membebaskan sandera yang mereka tahan di Gaza.
Dalam wawancara dengan CBS News yang disiarkan pada hari Minggu (21/9), Macron mengungkapkan persyaratan. "Bagi kami, ini akan menjadi persyaratan yang sangat jelas sebelum membuka, misalnya, sebuah kedutaan di Palestina," kata Macron.
Pernyataan ini muncul saat para pemimpin Inggris, Australia, Kanada, dan Portugal mengumumkan bahwa mereka secara resmi mengakui negara Palestina jelang Majelis Umum PBB di New York, AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Macron sebelumnya juga menentang rencana apa pun untuk memindahkan warga Palestina dari Gaza saat wilayah itu dibangun kembali.
"Jika prasyarat dari rencana tersebut adalah untuk mengusir mereka, ini hanyalah kegilaan," kata Macron. "Kita tidak boleh, demi kredibilitas Amerika Serikat, demi kredibilitas Prancis, secara implisit atau eksplisit berpuas diri dengan proyek semacam itu," tegasnya.
Mahmud Mardaw, seorang pejabat senior Hamas, menyambut baik langkah-langkah pengakuan negara Palestina ini. "Perkembangan ini merupakan kemenangan bagi hak-hak Palestina dan keadilan perjuangan kami," katanya kepada kantor berita Prancis, AFP.
Dalam komunike yang dikeluarkan pada hari Minggu (21/9), Hamas mengatakan pengakuan tersebut harus disertai dengan "tindakan praktis."
Tindakan ini, menurut mereka, harus mencakup penghentian segera "perang genosida yang dilancarkan terhadap rakyat kami di Jalur Gaza dan menghadapi proyek aneksasi serta yudaisasi yang sedang berlangsung di Tepi Barat dan Yerusalem."
Di sisi lain, daftar negara yang menyatakan niat untuk mengakui negara Palestina ini memicu respons marah dari para politisi Israel. Isaac Herzog, Presiden Israel, yang mengatakan pengakuan itu akan merugikan mereka yang mencari perdamaian antara Israel dan Palestina.
"Ini tidak akan membantu satu pun warga Palestina, tidak akan membantu membebaskan satu pun sandera," kata Herzog dalam sebuah pernyataan.
"Dan itu tidak akan membantu kita mencapai penyelesaian apa pun antara Israel dan Palestina. Ini hanya akan mendorong kekuatan kegelapan. Ini adalah hari yang menyedihkan bagi mereka yang mencari perdamaian sejati," imbuhnya.
(wiw)