Pekerja Asing di AS Panik Gegara Trump Patok Biaya Visa Rp1,6 M
Kepanikan dan kebingungan melanda pekerja asing pemegang visa H-1B, setelah pemerintah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberlakukan biaya visa terbaru dengan tarif "selangit".
Perusahaan teknologi dan bank di AS mengirimkan memo mendesak para pekerja asing untuk segera kembali ke AS sebelum batas waktu tarif visa terbaru pukul 12.01 EDT pada Minggu (21/09).
Perusahaan besar termasuk Microsoft, Amazon, Google, dan Goldman Sachs, termasuk di antara perusahaan yang mengirimkan email mendesak karyawan mereka.
Dilansir Reuters, lantaran khawatir tidak akan diizinkan kembali setelah aturan baru berlaku, beberapa warga negara India di Bandara San Francisco mengaku mempersingkat waktu liburan mereka.
"Ini adalah situasi di mana kami harus memilih antara keluarga dan tinggal di sini," kata seorang insinyur perusahaan teknologi besar di San Francisco.
Penerbangan juga sempat ditunda lebih dari tiga jam setelah beberapa penumpang India yang menerima memo dari perusahaan mereka menuntut turun dari pesawat. Dalam video beredar, beberapa orang terlihat meninggalkan pesawat.
"Ini sungguh tragis, kami telah membangun kehidupan di sini," kata seorang pekerja asal India.
Di aplikasi media sosial China Rednote, beberapa orang dengan visa H-1B juga curhat mengaku terburu-buru harus segera kembali ke AS, bahkan hanya beberapa jam setelah mendarat di China dan negara lain.
"Perasaan saya campur aduk antara kecewa, sedih, dan frustasi," ujar seorang pengguna Rednote.
Lihat Juga : |
Tarif baru Visa H-1B
Sejak menjabat pada Januari, Trump memulai tindakan keras terkait aturan imigrasi, salah satunya merombak program visa H-1B.
Pada Jumat (19/9), Trump mengumumkan penambahan biaya tahunan hingga US$100 ribu (sekitar Rp1,6 miliar) untuk visa tersebut.
Visa H-1B memungkinkan perusahaan untuk mensponsori pekerja asing dengan keterampilan khusus seperti, ilmuwan, insinyur, dan pemrogram komputer untuk bekerja di AS. Visa ini berlaku tiga tahun dan dapat diperpanjang hingga enam tahun.
Secara terpisah, seorang pejabat Gedung Putih mengklarifikasi bahwa aturan baru ini hanya berlaku untuk pemohon baru dan bukan pemegang visa yang telah berjalan.
Setiap tahun, AS memberikan 85 ribu visa H-1B lewat sistem lotere. India merupakan negara penyumbang tiga perempat penerimanya. Visa ini banyak digunakan perusahaan teknologi.
Berdasar perintah Trump, biaya tersebut diwajibkan bagi mereka yang akan masuk AS mulai Minggu. Kemudian Menteri Keamanan Dalam Negeri dapat mengecualikan individu, seluruh perusahaan, atau seluruh industri.
Di AS, jumlah aplikasi visa H-1B meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Puncak persetujuan visa tercatat pada 2022 di bawah kepemimpinan Presiden Joe Biden. Sebaliknya, puncak penolakan tercatat pada 2018 selama masa jabatan Trump.
(dna)