Thucydides memberikan empat kategori mengenai realisme.
Pertama, sifat manusia adalah titik awal untuk realisme dalam hubungan internasional. Realis melihat manusia sebagai dasarnya egois dan mementingkan diri sendiri sejauh kepentingan pribadi mengatasi prinsip-prinsip moral.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua, kaum realis secara umum percaya bahwa tidak ada pemerintah dan kondisi hubungan internasional selalu dalam kondisi anarkis.
Ketiga, karena hubungan internasional selalu dalam kondisi anarkis, untuk mencapai keamanan, negara berusaha meningkatkan kekuasaan mereka dan terlibat dalam perimbangan kekuasaan untuk tujuan menghalangi agresor potensial. Perang ini dilancarkan untuk mencegah negara peserta dari menjadi lebih kuat secara militer
Keempat, realis umumnya skeptis tentang relevansi moralitas dalam politik internasional. Hal ini menyebabkan mereka mengeklaim bahwa tidak ada tempat bagi moralitas dalam hubungan internasional. Bila ada ketegangan antara tuntutan moralitas dan tuntuan aksi politik yang amoral, negara boleh bertindak sesuau dengan moralitas mereka sendiri yang berbeda dari moralitas yang secara umum dianut.
Sementara situs Bristol University menjelaskan, bagi para sejarawan, ia merupakan sumber penting bagi sejarah Yunani kuno. Thucydides juga dipandang sebagai model bagi penulisan sejarah secara umum, namun bagi para ahli teori politik, ia adalah seorang ahli teori politik perintis, dan pencetus pendekatan 'realis' untuk memahami kehidupan politik.
Meski sebagai sejarawan kuno, pengaruhnya sampai sekarang masih kuat. Bahkan, perang teluk pertama yang dimotori oleh George Bush mengambil doktrin ini seperti dikatakan oleh professor Morley yang mengajar di Bristol.
"Thucydides sejauh ini merupakan pengaruh klasik yang paling menonjol dan signifikan dalam perdebatan politik kontemporer, khususnya mengenai hubungan internasional dan demokrasi. Ia banyak dikutip, terutama di Amerika Serikat, sekitar Perang Teluk pertama dan setelah 9/11, dan, dengan ketegangan yang lebih baru di Timur Tengah, kembali mengemuka. Kita perlu memahami bagaimana dan mengapa ia tampak begitu berwibawa di dunia modern," kata Profesor Morley.
(imf/bac)