Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen langsung meminta pertolongan Aliansi Pertahanan Negara Atlantik Utara (NATO) usai menghadapi 'teror' intrusi drone-drone misterius selama beberapa hari terakhir.
Kedatangan drone-drone misterius yang berseliweran di beberapa bandara utama Denmark ini sampai membuat otoritas menutup beberapa bandara, termasuk Bandara Kopenhagen. Drone-drone tersebut diduga milik Rusia menyusul insiden serupa juga dialami tiga negara NATO lainnya dalam beberapa pekan terakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melalui kicauan di X, Frederiksen menuturkan dia dan Sekretaris Jenderal NATO telah mendiskusikan "situasi serius ini."
"Saya dan Sekjen Rutte telah mendiskusikan insiden serius yang melibatkan pergerakan drone-drone di wilayah beberapa bandara Denmark. Kami sepakat NATO bisa bekerja sama dengan Denmark untuk memastikan keamanan dan pengawasan," ucap Frederiksen seperti dikutip AFP pada Kamis (25/9).
Sementara itu, melalui X, Rutte juga menegaskan bahwa NATO menanggapi insiden drone yang dihadapi Denmark dengan "sangat serius".
"Baru saja berbicara dengan PM Denmark Mette Frederiksen terkait insiden drone yang kami anggap sangat serius," ucap Rutte.
"Sekutu NATO dan Denmark sedang bekerja sama untuk mencari cara menjamin keamanan terhadap infrastruktur kritis kami," paparnya menambahkan.
Intervensi NATO ini muncul setelah Denmark digegerkan insiden serangan drone di sejumlah badaranya sepanjang pekan ini.
Kopenhagen menganggap insiden ini sebagai "serangan hibrida" oleh "actor professional" untuk menebar ketakutan.
Kepolisian Denmark melaporkan sekelompok drone yang terbang dan berseliweran di beberapa bandara di seluruh negeri ini sampai menyebabkan satu bandara ditutup penuh selama beberapa jam, termasuk bandara utamanya yakni Bandara Kopenhagen.
Insiden drone ini terjadi kala sejumlah negara NATO seperti Polandia, Rumania, dan Estonia juga menghadapi serangan serupa selama beberapa pekan terakhir, di mana jet tempur dan drone Rusia menerobos masuk dan terbang rendah di wilayah ketiga negara itu.
Meski Moskow membantah, ketiga negara ini yakin drone dan pesawat tempur ini merupakan milik Rusia lantaran berlangsung kala pemerintahan Presiden Vladimir Putin melancarkan serangan terbaru ke Ukraina.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan opsi menembak jatuh jet tempur dan drone yang melanggar wilayah udara NATO sedang dipertimbangkan.
"Pandangan saya adalah kita harus mempertahankan setiap sentimeter persegi wilayah kita," ucap von der Leyen dalam wawancaranya dengan CNN seperti dikutip Politico.
"Itu artinya jika ada pelanggaran wilayah udara, setelah mendapat peringatan, setelah sangat jelas, tentunya opsi menembak jatuh jet tempur yang menerobos masuk wilayah kami akan menjadi opsi yang tersedia," paparnya menambahkan.
(rds)