Hamas Buka Suara soal Serangan 7 Oktober ke Israel usai Dikecam Abbas

CNN Indonesia
Jumat, 26 Sep 2025 16:55 WIB
Hamas membela serangannya ke Israel 7 Oktober 2023 usai dikecam oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pidatonya di Sidang Majelis Umum PBB. (Foto: AFP/Hassan Ammar)
Jakarta, CNN Indonesia --

Milisi Hamas membela serangannya ke Israel 7 Oktober 2023 usai dikecam oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pidatonya di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis (25/9).

Serangan yang dianggap Abbas tak merepresentasikan bangsa Palestina sama sekali itu menewaskan lebih dari 1.000 orang dengan puluhan lainnya yang menjadi sandera Hamas sampai hari ini. Namun, serangan itu juga menjadi pematik agresi brutal Israel ke Jalur Gaza yang dicap PBB sebagai genosida dan hingga hari ini telah menewaskan lebih dari 65 ribu orang Palestina.

Pejabat senior Hamas yang selamat dalam serangan Israel di Qatar, Ghazi Hamad, mengatakan bahwa serangan 7 Oktober itu merupakan "momen emas" yang membuka mata dunia atas kekejaman Israel terhadap bangsa Palestina.

"Apa Anda tahu keuntungan dari peristiwa 7 Oktober? ... Jika Anda melihat Majelis Umum (Perserikatan Bangsa-Bangsa) kemarin, 194 orang (negara) membuka mata mereka dan melihat kekejaman serta kebrutalan Israel. Mereka mengutuk Israel. Kami telah menunggu momen ini selama 77 tahun," ucap Hamad dalam wawancara eksklusif bersama CNN.

"Saya kira ini merupakan momen emas bagi dunia untuk mengubah sejarah," lanjutnya.

Ketika CNN menanyakan tanggapan terkait puluhan ribu orang yang meninggal karena perang Hamas vs Israel di Gaza, Hamad mengamini bahwa memang ada penderitaan yang dirasakan rakyat Palestina.

Meski begitu, ia mengaku bahwa Hamas tak punya pilihan selain memperjuangkan hak mereka.

"Saya tahu bayarannya sangat mahal. Tapi biarkan saya bertanya kembali, apakah kami punya pilihan?" ucapnya.

Pada 7 Oktober 2023, Hamas melancarkan serangan mengejutkan ke wilayah Israel hingga menewaskan 1.200 orang di pihak Negeri Zionis. Sebanyak 250 orang juga ditawan dalam peristiwa itu.

Serangan ini dibalas Israel dengan meluncurkan agresi brutal ke Jalur Gaza, yang menewaskan lebih dari 65.400 orang hingga kini. Mayoritas korban ialah anak-anak dan perempuan.

Otoritas Palestina selaku pemerintahan sah telah menegaskan bahwa aksi Hamas tak berkaitan dengan bangsa Palestina. Presiden Palestina Mahmoud Abbas bahkan mengutuk serangan 7 Oktober dan menyatakan bahwa Hamas tak memiliki hak atas negara Palestina.

Ucapan Abbas itu disampaikan saat ia berpidato via daring di Sidang Majelis Umum PBB pada Kamis (25/9). Pada SMU ke-80 ini, sejumlah negara Barat mengumumkan pengakuan atas negara Palestina, langkah yang disambut hangat oleh Abbas.

Dalam wawancara yang sama, CNN juga sempat bertanya mengenai para tawanan yang menurut Israel dijadikan Hamas sebagai human shield. Hamad membantah tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa para tawanan diperlakukan baik "sesuai ajaran Islam".

Pada kesempatan itu, Hamad juga merespons permintaan internasional agar kelompok milisinya tak lagi memegang senjata. Menurutnya, semua perlengkapan militer Hamas akan diserahkan kepada militer Palestina ketika negara Palestina resmi didirikan.

Kendati demikian, Hamad berujar penyerahan senjata itu pun bukan berarti Hamas membubarkan diri. Hamas, menurutnya, harus terus eksis di Palestina.

Selama waktu ini, Hamas pun bakal terus bersenjata karena pihaknya tak akan pernah menyerah sampai Palestina benar-benar merdeka.

(blq/rds)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK