Giliran Gen Z Peru Demo Besar-besaran Bawa Bendera One Piece, Ada Apa?

CNN Indonesia
Senin, 29 Sep 2025 10:02 WIB
Gliran Gen Z di Peru demo besar-besaran membawa bendera One Piece. (REUTERS/Angela Ponce)
Jakarta, CNN Indonesia --

Anak-anak muda atau Gen Z Peru menggelar aksi demonstrasi besar-besaran di Kota Lima sejak Sabtu (27/9) waktu setempat.

Tampak para pedemo mengusung bendera salah satu komik Jepang, One Piece, dalam unjuk rasa mereka, sama seperti di Indonesia dan Nepal.

Salah satu pedemo, Leonardo Muniz, mengungkapkan alasan mengusung bendera One Piece pada demo tersebut.

"Tokoh utama (One Piece), Luffy, berkelana dari kota ke kota membebaskan orang-orang dari tirani, penguasa korup di kota-kota para budak. Ini merefleksikan apa yang sekarang terjadi di sejumlah negara. Ini juga yang terjadi di Peru," ujar Muniz.

Berdasarkan data statistik dari lembaga INE Peru, sebanyak 27 persen populasi Peru merupakan penduduk usia 18 hingga 29 tahun.

"Kami lelah dengan hal seperti ini (kekerasan dan korupsi) yang dianggap normal. Sejak kapan kami menganggap kematian sebagai hal lumrah dan sejak kapan kami menganggap korupsi serta pemerasan sebagai hal biasa?" kata seorang pedemo lainnya, Santiago Zapata.

"Generasi saya sekarang turun ke jalan untuk berunjuk rasa karena kami lelah dibungkam, dibua takut padahal pemerintah yang kami pilih seharusnya takut kepada kami," ia melanjutkan.

Akar masalah demo di Peru

Demonstrasi digelar untuk menentang Presiden Peru Dina Boluarte. Aksi itu merupakan kelanjutan atas demo yang dilakukan di ibu kota negara tersebut pada pekan lalu.

Aksi unjuk rasa itu pun menyebabkan bentrok antara massa pedemo dengan aparat kepolisian, mengakibatkan belasan petugas polisi, pengunjuk rasa, dan wartawan cedera.

Demonstrasi digelar sebelumnya pada 20 September untuk menentang sistem pensiun yang mewajibkan semua warga Peru yang berusia 18 tahun ke atas bergabung ke provider pensiun.

Unjuk rasa itu juga sebagai bentuk kemarahan yang telah lama terhadap pemerintahan Boluarte dan Kongres karena sejumlah praktik korupsi.

"Terdapat tingkat kepuasan yang sangat rendah dan kemarahan yang membara di Peru. Sebenarnya sudah seperti itu selama beberapa lama," tutur pengamat politik Peru sekaligus profesor tamu di Universitas Princeton, Program Studi Amerika Latin, Joe-Marie Burt.

Kemarahan itu menurut Burt, dipicu oleh sejumlah skandal korupsi, ketidakpastian kondisi ekonomi, meningkatnya kejahatan, dan kemarahan rendahnya akuntabilitas ketika belasan pedemo tewas oleh aparat keamanan saat aksi unjuk rasa 2022.

Unjuk rasa tahun itu mampu menumbangkan mantan Presiden Pedro Castillo yang kemudian ditangkap.

Institut Studi Peru pada Juli memaparkan bahwa tingkat penerimaan dan kepercayaan terhadap Boluarte hanya sebesar 2,5 persen. Begitu pula tingkat penerimaan terhadap Kongres yang hanya sebesar 3 persen.

Selain demonstrasi dan kerusuhan di Lima, unjuk rasa besar-besaran juga mengguncang industri pertambangan negara itu.

Perusahaan Hudbay Minerals (HBM.TO) menyatakan telah menutup sementara pabriknya di Peru sejak Selasa pekan lalu setelah pecah demo dan kerusuhan.

Peru merupakan salah satu produsen tembaga terbesar di dunia dan produsen utama emas serta perak. Namun, negara itu masih diselimuti masalah kemiskinan.

(bac)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK