Abraham Accords, Cara Trump Bantu Israel Dekati Negara Arab-Muslim

CNN Indonesia
Sabtu, 04 Okt 2025 16:46 WIB
Abraham Accords, cara Presiden AS Donald Trump dekati Israel ke negara Arab-Muslim. (AFP/Saul Loeb)
Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengeklaim Iran akan menyetujui kesepakatan Abraham Accords.

Jika Iran benar-benar bergabung dengan Abraham Accords maka kemungkinan besar negara itu akan membuka hubungan diplomatik dengan musuh bebuyutannya, Israel.

"Siapa yang tahu, mungkin Iran bisa bergabung," kata Trump saat konferensi pers di Gedung Putih pada Senin (29/9), dikutip Reuters. Dia lalu berujar, "Saya rasa mereka akan terbuka untuk itu. Saya sungguh percaya. Mereka bisa menjadi anggota."

Abraham Accords adalah kesepakatan perdamaian (peace agreement) yang digagas oleh Donald Trump dengan tujuan negara-negara Arab atau mayoritas Muslim mau melakukan normalisasi dengan Israel yang selama ini dinilai sebagai negara yang sering melakukan serangan kepada tetangganya.

Dikutip dari situs milik pemerintahan AS, deklarasi ini terdengar manis.

"Kami, yang bertanda tangan di bawah ini, mengakui pentingnya menjaga dan memperkuat perdamaian di Timur Tengah dan di seluruh dunia berdasarkan saling pengertian dan koeksistensi, serta penghormatan terhadap martabat dan kebebasan manusia, termasuk kebebasan beragama.

Kami mendorong upaya untuk mempromosikan dialog antaragama dan antarbudaya untuk memajukan budaya damai di antara tiga agama Abraham dan seluruh umat manusia.

Kami percaya bahwa cara terbaik untuk mengatasi tantangan adalah melalui kerja sama dan dialog dan bahwa mengembangkan hubungan persahabatan antarnegara memajukan kepentingan perdamaian abadi di Timur Tengah dan di seluruh dunia.

Kami mengupayakan toleransi dan rasa hormat bagi setiap orang agar dunia ini menjadi tempat di mana semua orang dapat menikmati kehidupan yang bermartabat dan penuh harapan, apa pun ras, keyakinan, atau etnis mereka".

Itulah bunyi awal deklarasi itu. Namun apakah itu akan berhasil?

Peneliti di Baker Institute for Public Policy, yang berbasis di Rice Universitas Texas, AS, Omar Rahman, mengatakan ada lima alasan proyek ini tidak akan mencapai tujuan.

Pertama, proyek ini tidak memiliki nilai intrinsik. Kedua, terlalu bergantung pada AS. Ketiga, menimbulkan terlalu banyak risiko bagi negara-negara Teluk. Keempat, sangat tidak populer di Timur Tengah. Dan kelima, menghadapi hambatan dari konteks regional yang terus berubah.

Apalagi setelah serangan Israel ke Gaza yang menimbulkan korban lebih dari 60 ribu jiwa, Israel sangat negatif di negara-negara Arab bahkan sebagian dunia.

Mengutip hasil survei Arab Opinian Index pada 2022 silam, mengambil 14 wilayah negara-negara Arab, menyimpulkan bahwa 84 persen koresponden menolak hubungan diplomatik dengan Israel dan 8 persen yang setuju.

(imf/bac)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK