2 Tahun Genosida Israel di Gaza: 67 Ribu Tewas-Bencana Kelaparan Akut
Genap dua tahun Israel melakukan genosida dan agresi brutal di Jalur Gaza, hingga menyebabkan puluhan ribu warga Palestina meninggal dunia.
Israel meluncurkan agresi ke Gaza sejak Oktober 2023, dan tak henti melancarkan serangan brutal ke warga sipil hingga fasilitas kesehatan.
Para pemimpin dunia dan komunitas internasional telah mengutuk keras tindakan Israel. Namun Negara Zionis itu terus menggempur Gaza, dengan dalih menargetkan kelompok Hamas.
Berikut fakta-fakta dua tahun agresi Israel di Palestina.
Lihat Juga : |
Lebih dari 67.000 tewas
Serangan keji militer Israel menyebabkan lebih dari 67.000 warga di Palestina tewas. Sebagian besar korban tewas di antaranya anak-anak, perempuan, lansia, petugas medis, relawan kemanusiaan, hingga jurnalis.
Agresi Israel juga menyebabkan lebih dari 170.000 warga di Palestina mengalami luka-luka, demikian dikutip Anadolu Agency.
Blokir bantuan kemanusiaan
Selama agresi, Israel membatasi secara ketat bantuan kemanusiaan termasuk makanan dan obat-obatan yang masuk ke Jalur Gaza.
Mereka mengeklaim perlu memeriksa agar tak ada barang yang bisa disalahgunakan Hamas saat pendistribusian bantuan. Bantuan itu padahal berisi makanan, kebutuhan warga, hingga susu formula untuk bayi.
Di waktu normal, ratusan truk bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. Namun, saat agresi jumlah yang masuk bisa dihitung jari.
Pada Mei, Israel juga memblokir bantuan kemanusiaan. Komunitas internasional lalu mengirim bantuan melalui udara, dengan menjatuhkan paket untuk warga Gaza yang di daratan.
Bencana kelaparan
Agresi brutal dan pemblokiran bantuan menyebabkan bencana kelaparan menjangkit warga Gaza.
Per akhir September, jumlah korban tewas imbas bencana kelaparan mencapai 453, termasuk 150 anak-anak.
Pada Agustus lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan lebih dari 500.000 orang di Gaza terjebak dalam kelaparan.
Dalam laporan Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu menduga akhir September warga Gaza yang kelaparan mencapai 650.000. Jika tak dihentikan, situasi ini akan memakan korban lebih banyak.
"Kelaparan harus dihentikan dengan segala cara. Gencatan senjata segera dan akhir konflik sangat penting untuk memungkinkan respons kemanusiaan berskala besar tanpa hambatan yang bisa menyelamatkan nyawa," demikian pernyataan WHO.
PBB deklarasi Israel lakukan genosida
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk pertama kalinya mengumumkan agresi Israel di Jalur Gaza sebagai genosida.
Komisi Penyelidikan Internasional Independen PBB mengenai wilayah Palestina merilis laporan terkait agresi Israel di Jalur Gaza pada pertengahan September.
"Komisi menyimpulkan dengan alasan yang wajar bahwa otoritas Israel dan pasukan keamanan Israel telah melakukan dan terus melakukan tindakan genosida berikut terhadap warga Palestina di Jalur Gaza," demikian kesimpulan laporan tersebut.
Negosiasi gencatan senjata kerap buntu
Israel dan Hamas berulangkali terlibat negosiasi gencatan senjata untuk Gaza. Namun, perundingan sering berakhir buntu.
Kedua pihak sempat sepakat gencatan senjata sementara pada November 2023, atau sebulan setelah agresi. Gencatan ini kemudian diperpanjang beberapa hari.
Namun, selama masa gencatan itu Israel melanggar kesepakatan dengan terus menyerang Gaza.
Israel-Hamas sempat gencatan senjata sementara lagi pada Januari 2025. Pasukan Zionis lagi-lagi tetap menyerang Palestina.
Saat ini, negosiasi gencatan senjata sedang dilakukan di Mesir. Perundingan itu berlangsung usai Hamas sepakat membebaskan seluruh sandera baik yang hidup maupun yang tewas.
Dalam perundingan, Hamas selalu meminta Israel menarik seluruh pasukan dari tanah Palestina. Sementara itu, Israel meminta Hamas melucuti senjatanya dan tak lagi memimpin Gaza.
Ramai-ramai akui Negara Palestina
Di tengah agresi brutal Israel, sejumlah negara di Eropa dan benua lain ramai-ramai mengakui Negara Palestina.
Terbaru adalah Inggris, Prancis, Australia, dan Kanada. Keempat negara besar ini mengakui Palestina sedang dan saat Sidang Majelis Umum PBB digelar pada akhir September.
Selain keempat negara itu, Portugal, Malta, dan Andora turut mengakui Negara Palestina.
Pada Maret lalu, Meksiko juga memberi pengakuan untuk Palestina.
Di tahun sebelumnya, Spanyol, Norwegia, Armenia, Slovenia, dan Irlandia, melakukan langkah serupa.
Mayoritas negara itu memberi pengakuan negara Palestina sebagai salah satu langkah menciptakan perdamaian kawasan di Timur Tengah dan mengakhiri agresi brutal Israel.
(isa/dna)