PBB Desak Israel Buka Akses Bantuan ke Gaza Usai Gencatan Senjata
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menegaskan bahwa kemajuan nyata di Jalur Gaza, Palestina, hanya akan tercapai jika hambatan penyaluran bantuan kemanusiaan dihilangkan, bukan sekadar gencatan senjata.
Pernyataan tersebut disampaikan Guterres menyusul pengumuman kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera antara Israel dan Hamas. Kesepakatan ini diharapkan dapat mengakhiri agresi brutal Israel yang telah berlangsung selama dua tahun.
Guterres menegaskan kembali seruannya kepada semua pihak agar sepenuhnya mematuhi persyaratan kesepakatan yang telah disepakati.
"Namun, untuk mengubah gencatan senjata ini menjadi kemajuan nyata, kita membutuhkan lebih dari sekadar peredaman senjata," kata Guterres, melansir AFP, Kamis (9/10).
Sebelumnya, selama berbulan-bulan PBB mendesak Israel untuk menghentikan penghalangan pengiriman bantuan.
Menurut Guterres, untuk mencapai kemajuan, dibutuhkan akses penuh, aman, dan berkelanjutan bagi para pekerja kemanusiaan; penghapusan birokrasi dan hambatan; serta pembangunan kembali infrastruktur yang telah hancur.
PBB menyatakan kesiapan penuh untuk memberikan dukungan segera, mampu menyalurkan makanan, air, pasokan medis, dan tempat tinggal bagi warga Gaza.
"Kami dan mitra-mitra kami siap bergerak-sekarang," tegas Guterres. "Kami memiliki keahlian, jaringan distribusi, dan hubungan komunitas yang siap untuk bertindak."
Pekan lalu, Kepala Kemanusiaan PBB, Tom Fletcher, menyebutkan bahwa PBB telah mempersiapkan 170.000 ton bantuan kemanusiaan di wilayah sekitar, yang siap memasuki Gaza.
Selain isu bantuan, Guterres juga menyerukan semua pihak untuk mengambil kesempatan ini guna "menetapkan jalur politik ke depan yang kredibel."
Jalur tersebut, tambahnya, harus menuju pada pengakhiran pendudukan, pengakuan hak penentuan nasib sendiri rakyat Palestina, dan pencapaian solusi dua negara.
Sebelumnya, Israel dan Hamas menyepakati gencatan senjata tahap pertama di Jalur Gaza, pada Rabu (8/10). Kesepakatan itu mencakup pembebasan seluruh sandera dari Gaza dan penarikan pasukan Israel.
Selain pertukaran tahanan, minimal 400 truk yang membawa bantuan kemanusiaan juga akan masuk ke Jalur Gaza setiap hari, selama lima hari pertama gencatan senjata. Penyaluran bantuan itu akan ditingkatkan pada hari-hari berikutnya.
Sejak agresi dimulai pada 7 Oktober 2023 lalu, lebih dari 67 ribu warga sipil Palestina tewas dan bencana kelaparan akut kian parah di wilayah kantong tersebut.
(dmi/dmi)