Jepang mencatatkan rekor korban tewas akibat serangan fatal beruang ganas dalam dua dekade, usai satu orang kembali jadi korban.
Kementerian Lingkungan Hidup Jepang pada Kamis (16/10) melaporkan total tujuh kematian akibat serangan beruang di tahun ini.
"Ini adalah jumlah terbesar sejak 2006. ketika pencatatan dimulai," kata pejabat Kementerian Lingkungan Hidup Jepang, dikutip AFP. Jumlah itu melampaui rekor sebelumnya yakni lima kematian di tahun 2023-2024.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tahun ini pula, pejabat itu membeberkan lebih dari 100 orang mengalami luka-luka imbas gigitan atau sayatan karena cakar tajam beruang.
Rekor ini terjadi usai laki-laki berusia 70 tahun ditemukan tewas karena serangan beruang pada 8 Oktober. Korban lain berusia 70 tahunan juga ditemukan di Iwate dengan kondisi kepala dan tubuh terpisah.
Media lokal Jepang melaporkan tubuh korban ditemukan dua hari kemudian di hutan, tempat dia memetik jamur.
Di wilayah lain, jenazah laki-laki berusia 78 tahun ditemukan di prefektur Nagano. Dalam tubuh itu, terdapat banyak bekas cakaran. Namun, sejauh ini belum ada informasi lebih lanjut penyebab kematian dua korban itu.
Tak cuma korban tewas, warga di Kitakami dilaporkan hilang pada Kamis. Media lokal melaporkan tim pencari menemukan jejak darah diduga darah manusia.
Jepang memiliki dua jenis beruang: beruang hitam Asia atau beruang bulan dan beruang coklat yang lebih besar biasanya hidup di Pulau Hokkaido.
Belakangan ini, banyak beruang berkeliaran di pemukiman penduduk Jepang karena kelaparan. Mereka biasanya mengkonsumsi biji pohon ek. Namun, pohon itu semakin jarang ditemukan.
Selain itu, para ahli mencatat cuaca yang lebih hangat juga mempengaruhi hibernasi hewan.
Bagi beruang cokelat kondisi ini membuat mereka punya banyak waktu untuk hibernasi sehingga lebih banyak energi dan bisa berlari lebih cepat dari manusia.
(isa/dna)