Israel Larang Bulan Sabit Merah Kunjungi Warga Palestina yang Ditahan

CNN Indonesia
Kamis, 30 Okt 2025 01:57 WIB
Israel larang Bulan Sabit Merah Internasional kunjungi tahanan Palestina. Menteri Pertahanan Israel sebut kunjungan berisiko bagi keamanan mereka.
Ilustrasi. Situasi porak poranda akibat serangan udara Israel. (AFP/LOUAI BESHARA)
Jakarta, CNN Indonesia --

Israel memutuskan untuk melarang Bulan Sabit Merah Internasional untuk mengunjungi warga Palestina, yang mereka tahan.

Hal tersebut ditegaskan Menteri Pertahanan negara zionis tersebut, Israel Katz, Rabu (29/10) seperti dikutip dari AFP

"Pendapat yang disampaikan kepada saya tidak diragukan lagi bahwa kunjungan Palang Merah kepada 'teroris' di penjara akan sangat membahayakan keamanan negara. Keselamatan negara dan warga negara kita adalah yang utama," kata Katz.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Otoritas Israel menyebut kelompok milisi dan pejuang di Palestina sebagai 'teroris'.

Katz menyatakan larangan terhadap ICRC itu diklaim untuk hal lain selain tujuan wawancara 'prapembebasan' yang dilakukan berdasarkan tempo gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan.

Merujuk pada AFP, saat gencatan senjata disepakati sebelumnya mulai 10 Oktober, setidaknya ada 2.673 warga Palestina yang ditahan.

Sementara itu dalam pernyataannya, ICRC menegaskan tujuan ke tempat penahanan warga Palestina di tangan Israel adalah, "Murni kemanusiaan".

"Kami bertujuan untuk menilai perlakuan dan kondisi tahanan dan bekerja sama dengan otoritas penahanan untuk memastikan kondisi ini sesuai dengan standar internasional, serta memulihkan kontak antara tahanan dan keluarga mereka," demikian kelanjutan pernyataan ICRC.

Di sisi lain, meskipun dalam koridor gencatan senjata, Israel kembali melakukan serangan udara ke Gaza, Palestina sepanjang pekan ini.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Antonio Guterres berang melihat gelombang serangan udara terbaru Israel ke Jalur Gaza hingga menewaskan lebih dari seratus orang kala gencatan senjata masih berlangsung--setidaknya dalam dua hari terakhir sampai Rabu (29/10) kemarin.

Lewat Stephane Dujarric selaku juru bicaranya, Guterres bahkan 'mengutuk keras' agresi militer Israel yang masih terjadi saat kesepakatan gencatan senjata yang difasilitasi negara-negara dunia itu berlangsung.

"Sekretaris Jenderal mengutuk keras pembunuhan warga sipil di Gaza [Selasa] kemarin akibat serangan udara Israel, termasuk banyak anak-anak [jadi korban tewas]," kata Dujarric seperti dikutip dari AFP, Kamis (30/10) dini hari WIB.

Mengutip dari Aljazeera, setidaknya ada dua korban tewas dalam serangan militer Israel ke wilayah Beit Lahiya, Gaza, pada Rabu malam kemarin. Sementara itu sejak Selasa lalu hingga Rabu kemarin, faksi Palestina di Gaza--Hamas--menyatakan setidaknya total ada 104 orang tewas karena serangan Israel, sebanyak 46 di antaranya adalah anak-anak dan 24 perempuan.

Serupa Guterres, Komisioner Tinggi HAM PBB Volker Türk juga mengeluarkan pernyataan yang mengecam gelombang serangan Israel ke Gaza pekan ini. Dia pun menyerukan kepada masyarakat internasional untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menuju masa depan yang lebih adil dan aman.

"Laporan bahwa lebih dari 100 warga Palestina tewas dalam semalam dalam gelombang serangan udara Israel-terutama terhadap bangunan tempat tinggal, tenda pengungsi internal, dan sekolah-sekolah di Jalur Gaza," demikian pernyataan Turk, dikutip dari Aljazeera.

Dia menegaskan hal itu sangat mengerikan, dan mendesak Israel untuk mematuhi kewajibannya berdasarkan hukum humaniter internasional dan bertanggung jawab atas segala pelanggaran.

"Hukum perang sangat jelas menekankan pentingnya melindungi warga sipil dan infrastruktur sipil," katanya.

(kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER